Sumenep (Antara Jatim) - Badan Pusat Statistik (BPS) Sumenep, Jawa Timur mencatat inflasi di kabupaten tersebut pada November 2016 sebesar 0,53 persen melampaui inflasi di tingkat Jawa Timur 0,33 persen dan Nasional 0,47 persen.
"Pada November 2016, angka inflasi di Sumenep dan Kediri tertinggi dibanding enam daerah lainnya di Jawa Timur. Bahkan, melampaui angka inflasi di tingkat Jawa Timur dan Nasional," ujar Kepala BPS Sumenep, Suparno di Sumenep, Senin.
Sesuai data di BPS Sumenep, inflasi di Jember pada November 2016 sebesar 0,31 persen, Banyuwangi 0,25 persen, Malang 0,45 persen, Probolinggo 0,47 persen, Madiun 0,51 persen, dan Surabaya 0,26 persen.
"Pada November 2016, lima dari tujuh kelompok pengeluaran di Sumenep mengalami inflasi dan dua lainnya deflasi," kata Suparno, menerangkan.
Lima kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi adalah kelompok bahan makanan sebesar 1,40 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,76 persen; dan kelompok kesehatan 0,55 persen.
Selanjutnya kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,13 persen; dan kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan 0,02 persen.
Sementara dua kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi adalah kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,08 persen; dan kelompok sandang 0,16 persen.
Suparno menjelaskan, komoditas yang memberikan andil terbesar terjadinya inflasi di Sumenep pada November 2016, di antaranya bawang merah, cabai merah, dan bawang putih.
"Kalau komoditas penyumbang deflasi di antaranya emas perhiasan, gula pasir, daging ayam kampung, dan telur ayam ras," tuturnya. (*)