Sumenep (Antara Jatim) - Badan Pusat Statistik (BPS) Sumenep mencatat inflasi di kabupaten itu pada Mei 2017 sebesar 0,66 persen melampaui di tingkat Jawa Timur yang sebesar 0,48 persen dan Nasional 0,39 persen.
"Kalau di Jawa Timur, inflasi pada Mei 2017 di Sumenep tertinggi kedua setelah Malang," kata Kepala BPS Sumenep, Suparno di Sumenep, Selasa.
Ia menjelaskan, lima kelompok pengeluaran di Sumenep pada Mei 2017 mengalami inflasi dan dua lainnya deflasi.
Kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi adalah kelompok bahan makanan sebesar 1,89 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,84 persen; dan kelompok kesehatan 0,32 persen.
Dua kelompok pengeluaran lainnya yang juga inflasi adalah kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,04 persen; dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,01 persen.
Sementara dua kelompok pengeluaran yang deflasi adalah kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,14 persen; dan kelompok sandang 0,04 persen..
"Komoditas di Sumenep yang memberikan andil besar terjadinya inflasi, di antaranya bawang putih, tarif listrik PLN, dan cabai merah," kata Suparno, menerangkan.
Sementara komoditas yang menyumbang deflasi adalah daging sapi, emas perhiasan, dan daun bawang.
Sesuai data di BPS Sumenep, tujuh daerah lainnya di Jawa Timur yang menjadi lokasi survei indeks harga konsumen (IHK) juga mengalami inflasi pada Mei 2017.
Jember mengalami inflasi sebesar 0,36 persen; Banyuwangi 0,33 persen; Kediri 0,50 persen; Malang 0,82 persen; Probolinggo 0,37 persen; Madiun 0,58 persen; dan Surabaya 0,39 persen. (*)