Kediri (Antara Jatim) - Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) merekrut 500 pemuda di setiap provinsi yang dijadikan sebagai kader utama untuk sosialisasi memerangi narkotika dan obat-obatan terlarang (Narkoba).
"Saat ini ada tiga provinsi di Jawa, yang sudah kami rekrut, masing-masing provinsi 500 pemuda. Ini diambil mewakili desanya, satu desa satu pemuda," kata Pelaksana Tugas Deputi Pengembangan Pemuda Kemenpora Jonni Madrizal ditemui dalam apel penanaman 1.000 pohon oleh Pimpinan Wilayah (PW) Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Jawa Timur, di Gedung Olahraga (GOR) Jayabaya Kediri, Minggu.
Ia mengatakan, keterlibatan pemuda dalam upaya pemberantasan serta pencegahan penyalahgunaan narkoba di Indonesia sangat besar. Para pemuda itu direkrut sebagai kader antinarkoba.
Pihaknya mengungkapkan, Indonesia 5-10 tahun ke depan, bonus demografi diketahui warga negara yang produktif lebih banyak daripada nonproduktif. Kondisi ini dimanfaatkan oleh "Orang-orang" yang tidak menginginkan Indonesia maju ke depan.
"Dia ingin menghancurkan, memutuskan satu generasi dengan narkoba. Cara lain juga digunakan, seperti pergaulan bebas, kampanye LGBT, jadi kami akan lawan terus," tegasnya.
Lebih lanjut, ia juga mengungkapkan dalam program Kemenpora 2016, pencegahan narkoba menjadi program utama. Untuk itu, ia terus mendukung upaya berbagai organisasi kepemudaan yang konsisten untuk membantu pemerintah memerangi bahaya narkoba.
Ia pun menambahkan, program menciptakan kader antinarkoba tersebut cukup berhasil. Dengan satu desa satu pemuda yang ikut pelatihan dan diharapkan mereka bisa menyalurkan ilmunya pada pemuda lainnya.
"Kami lakukan tindak lanjut dengan MoU dengan BNN. Dan, masing-masing kader diharapkan merekrut kembali 10 orang di desanya. Kami tidak ingin nanti dapat generasi teler," ungkapnya.
Untuk 2017, pihaknya juga akan memperluas program kader antinarkoba tersebut, dengan menambah dua provinsi lagi, selain di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat.
Nantinya, setiap provinsi juga akan ada 500 pemuda yang direkrut. Proses perekrutan dilakukan terbuka melalui seleksi ketat dalam jaringan. Proses seleksi dilakukan tim khusus, dan setelah lolos seleksi, mereka ikut pelatihan. Isi dari pelatihan itu juga terkait dengan narkoba, bahaya serta pencegahannya.
Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Pol Budi Waseso menyebut, jumlah pengguna narkoba di Indonesia hingga November 2015 mencapai 5,9 juta orang. Kondisi tersebut menjadikan Indonesia darurat bahaya narkoba.
Buwas menyebut di ASEAN, Indonesia adalah pangsa pasar terbesar untuk penjualan narkoba, sedangkan negara terbesar pengimpor adalah Tiongkok dan Thailand.
Narkoba juga masuk ke segala lini, baik anak-anak hingga dewasa dengan beragam profesi. Bahkan, tidak ada bagian masyarakat yang tidak bersih dari narkoba. Semua sudah terkena, termasuk ada oknum TNI, oknum Polri termasuk oknum dari BNN. (*)