Malang (Antara Jatim) - Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) fokus menyiapkan mahasiswa dari Program Studi (Prodi) Ilmu Kesejahteraan Sosial untuk terjun langsung menangani berbagai problem sosial di wilayah Malang raya yang cukup kompleks.
Ketua Prodi Ilmu Kesejahteraan Sosial (IKS) UMM, Dr Oman Sukmana di Malang, Jumat, mengemukakan mahasiswa yang akan melakukan praktikum, penelitian, dan skripsi diarahkan untukeemnangani persoalan-persoalan sossial yang ada di Malang raya
"Saat ini alumni Prodi IKS UMM sudah banyak yang bekerja di Dinas Sosial (Dinsos) atau Kementeria Sosial (Kemensos). Oleh karenanya, sebelum terjun didunia kerja, mereka kami arahkan untuk belajar menagani persoalan-persoalan sosial, khsuusnya di wilayah Malang raya," urainya.
Menurut dia, orientasi diterjunkannya mahasiswa untuk emnangani problem sosial tersebut ada lima hal yang menjadi alasan, yakni mahasiswa akan disiapkan menjadi analis kebijakan sosial, pekerja sosial masyarakat/komunitas, manajer lembaga pelayanan sosial, konselor psikososial, dan peneliti sosial.
Akan tetapi, lanjutnya, mereka tidak hanya menggarap lingkungan fisik, tapi lulusan IKS juga akan menggarap lingkungan nonfisik, perilaku, kehidupan sosial, dan ekonomi masyarakat. "Pada saat lulus nanti mereka sudah punya bekal, baik teori maupun pengalaman, namun harapan kami, mereka terjun dan mengabdi di wilayah Malang raya untuk membantu menangani problem-problem sosial di daerah ini," katanya.
Masalah sosial yang dihadapi di Kota Malang cukup pelik. Jenis penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) di daerah itu cukup kompleks, di antaranya gelandangan, pengemis, anak jalanan, kekerasan anak, kekerasan seksual, kemiskinan, pendidikan, dan ekonomi.
Bahkan, kata Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kota Malang Dr Sri Wahyuningtyas, anak jalanan di Malang meningkat jumlahnya dan berasal dari berbagai daerah, tidak hanya dari Malang.
Berdasarkan data Dinsos Kota Malang, jumlah fakir miskin di daerah itu mencapai 36.000, 227 anak jalanan, 1.800 gelandangan dan pengemis, dan lima korban bencana alam. Namun, untuk menangani persoalan sosial tersebut, Dinsos hanya memiliki lima pekerja sosial.
Dibandingkan permasalahan yang ada, katanya, jumlah ini tak sebanding. Oleh karena itu, Dinsos berharap Prodi IKS UMM bisa menjadi pendamping masyarakat dalam melaksanakan program yang telah dirancang oleh Dinsos maupun Kemensos, seperti program perbaikan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH), Program Keluarga Harapan (PKH), Kelompok Usaha Bersama (Kube), serta menambah sarana dan prasarana lingkungan.
"Beberapa tugas pendamping, di antaranya sebagai pengontrol kesehatan ibu hamil agar rutin memeriksakan kandungan ke puskesmas. Jika ada keluarga yang memiliki anak sekolah, apakah anak sudah sekolah aktif. Untuk program Kube, apakah dana yang diturunkan Kemensos terpakai dengan tepat. Sukses tidaknya program Dinsos dan Kemensos juga tergantung pada tingkat pendampingan yang dilakukan," paparnya.(*)