Anda pernah mencicipi kuliner bubur? Nah, ada satu kuliner jenis ini yang dijajakan di pusat perbelanjaan Delta Trade Center (DTC) Wonokromo Surabaya. Tapi, bubur yang dijajakan di tempat ini punya nama dan rasa khas, yakni Bubur Sapar.
Lantai dasar DTC Wonokromo yang juga dikenal dengan Pasar Wonokromo, Surabaya, merupakan lokasi berjualan para pedagang aneka buah, namun ada pemandangan yang agak berbeda di tengah para pedagang buah itu.
Di tengah para pedagang buah itu ada seorang penjual bubur yang dikenal dengan nama Buk Pitia. Kalau Anda sampai di lantai aneka buah itu, maka sebut Bubur Sapar, maka Anda akan ditunjukkan ke Buk Pitia.
"Awalnya saya berjualan beberapa tundun pisang di Pasar Mangga Dua, Jagir-Wonokromo (hanya selisih 500 meter dari DTC), tapi setelah Pasar Wonokromo terbakar, saya pulang ke Madura," ucap Buk Pitia.
Saat di Madura itulah, dirinya belajar membuat Bubur Sapar kepada kerabat. Bubur yang dimaksud adalah bubur yang terbuat dari tepung ketan, terus dibentuk bulat menyerupai kelereng, dengan kuah kental aroma gula merah berwarna cokelat yang sangat menggoda selera. Diberi santan dan 'mutiara' dengan dibungkus dalam sterefoam, kertas minyak, atau mika plastik.
"Sejak tahun 2005, saya menjual Bubur Sapar di sini. Saya jualan sejak jam 06.00 WIB dan biasanya jam 09.00 WIB sudah habis. Kalau nasib kurang baik ya paling siang sampai jam 11.00 WIB," ujarnya.
Untuk sebungkus bubur, ia mematok harga Rp3.000, tapi kalau bungkus mika plastik dipatok Rp5.000. "Tidak jarang, pembeli memborong sampai 10 atau 50 bungkus," tutur Buk Pitia yang terkadang jualan dengan ditemani suaminya atau kadang keponakan.
Jangan khawatir, meski namanya Bubur Sapar, tapi Buk Pitia menjualnya setiap hari. "Enak, toh orang yang keluar-masuk kampung berjualan Bubur Sapar itu sekarang sudah agak jarang," kata Maria, warga Jagalan, pelanggan lama Buk Pitia. (*)
Mencicipi Bubur Sapar di Pasar Wonokromo
Senin, 14 November 2016 10:57 WIB
Enak, toh orang yang keluar-masuk kampung berjualan Bubur Sapar itu sekarang sudah agak jarang