Madiun (Antara Jatim) - Pemerintah Kota (Pemkot) Madiun menargetkan pengolahan sampah yang dihasilkan dari aktivitas warga setempat yang masuk ke tempat pembuangan akhir (TPA) di Kelurahan Winongo, Kecamatan Manguharjo, menurun hingga menjadi 80 ton per hari pada tahun 2019.
"Sekarang ini jumlah sampah yang masuk ke TPA Winongo sudah mencapai 100 ton per hari. Jumlah itu bertambah mengikuti perkembangan penduduk. Ditargetkan pada 2019 sampah yang masuk ke TPA bisa berkurang 20 persen menjadi sekitar 80 ton per hari," ujar Kepala Bidang Kebersihan Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Madiun, Heri Martono di Madiun, Kamis.
Menurut dia, dibutuhkan kerja keras semua pihak untuk mewujudkan target tersebut. Sebab, pengelolaan sampah bukan hanya tanggung jawab dari pemerintah, namun juga tergantung dari kepedulian masyarakat dalam mewujudkan lingkungan yang bersih.
Adapun upaya riil yang dilakukannya untuk mewujudkan target tersebut antara lain, meningkatkan partisipasi masyarakat tentang pengolahan sampah di tingkat rumah tangga, pelatihan pengomposan, hingga mengaktifkan terus bank sampah yang ada di Kota Madiun.
"Hal itu penting dilakukan dan telah diatur dalam dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah. Diharapkan warga Kota Madiun bisa mewujudkannya," kata dia.
Ia menjelaskan, sampah yang dihasilkan oleh masyarakat Kota Madiun yang mencapai 100 ton per hari ke TPA tersebut secara otomatis akan berdampak langsung dengan kapasitas atau daya tampung dari TPA Winongo yang semakin tahun semakin sempit.
Untuk memperpanjang umur operasional TPA Winongo, pihaknya terus berupaya melakukan daur ulang terhadap sampah yang masuk.
Daur ulang pada sampah organik yang telah terpilah dilakukan dengan metode "control landfill terasering". Yakni penataan sampah dengan model berlapis antara sampah-tanah-sampah-tanah dengan terasering (miring) berbentuk piramida hingga batas ketinggian tertentu.
"Sampah organik yang telah tertata itulah yang nantinya didaur ulang untuk menghasilkan gas mentan sebagai bahan bakar alternatif bagi sebanyak 150 KK yang ada di sekitar TPA. Sedangkan sampah anorganik berupa plastik, kertas, dan kardus diambil pemulung untuk dijual ke pengepul," tambah Heri.
Selain itu, sampah plastik juga didaur ulang dengan menggunakan mesin khusus untuk dijadikan minyak plastik sebagai bahan bakar alternatif pengganti minyak tanah.
Di samping melakukan pengolahan sampah di TPA, pihaknya juga gencar melakukan sosialisasi tentang upaya pengolahan sampah dengan menggandeng bank sampah yang sudah terbentuk di masing-masing kelurahan yang ada di Kota Madiun. Sejauh ini sudah ada sekitar 43 bank sampah yang tersebar di 27 kelurahan dan sekitar 104 bank sampah yang ada di sekolah-sekolah baik tingkat SD, SMP, hingga SMA.
Bank sampah tersebut dinilai cukup efektif mengurangi sampah yang masuk ke TPA untuk dipilah dan diolah menjadi aneka produk kerajinan tangan yang bernilai ekonomi tinggi.
"Dengan peran serta semua pihak, diharapan pengelolaan sampah di tingkat rumah tangga akan meningkat dan sampah yang masuk ke TPA akan berkurang," tuturnya. (*)