Jember (Antara Jatim) - Bupati Jember Faida mengatakan sebanyak 40.638 warga yang tersebar di 31 kecamatan di Kabupaten Jember, Jawa Timur, masih buta aksara atau tidak bisa membaca dan menulis.
"Jumlah warga yang buta aksara sebanyak 109.932 orang, namun setelah program keaksaraan fungsional dijalankan hingga 2015 tercatat sebanyak 69.294 orang sudah bebas buta aksara dan warga yang masih buta aksara sebanyak 40.638 orang," kata Faida dalam kegiatan sosialisasi Gropyokan Penuntasan Buta Aksara yang digelar di aula PB Sudirman Pemkab Jember, Selasa sore.
Menurutnya penyebaran penduduk buta aksara terbanyak berdasarkan usia berada di Kecamatan Sumberjambe yakni sebanyak 13.308 orang yang terdiri dari sebanyak 6.480 orang (3,03 persen) berusia 15-59 tahun dan 6.828 orang (3,20 persen) berusia lebih dari 60 tahun.
"Saya minta prioritas penuntasan buta aksara di Jember bagi mereka yang usia produktif yakni 15-59 tahun, namun tetap saja jangkauan untuk mereka yang berusia lebih dari 60 tahun tetap masuk dalam program keaksaraan fungsional," tuturnya.
Sedangkan hasil evaluasi belajar terhadap penuntasan buta aksara pada 2013-2015, Kecamatan Tanggul memiliki progres yang cukup bagus atau sukses melakukan program keaksaraan fungsional dengan presentase 98,27 persen, disusul Kecamatan Silo 93,40 persen, dan Kecamatan Bangsalsari sebesar 92,94 persen.
"Kecamatan yang paling rendah progresnya dalam program keaksaraan fungsional berada di kawasan kota yakni Kecamatan Sumbersari sebesar 74,9 persen dan Kecamatan Patrang sebesar 83,90 persen," ucap bupati perempuan pertama di Kabupaten Jember itu.
Untuk itu, lanjut dia, Pemkab Jember mengubah strategi untuk menuntaskan buta aksara dari keaksaraan fungsional menggunakan metode gugur gunung menjadi gropyokan, sehingga untuk Camat dan Kepala Desa/Lurah harus turun untuk membantu penuntasan buta aksara di wilayahnya.
"Strategi gugur gunung melibatkan masyarakat lebih banyak daripada organisasi sebagai penyelenggara program, sedangkan strategi gropyokan melibatkan seluruh komponen masyarakat baik secara perorangan maupun organisatoris," katanya.
Dengan kekuatan potensi lokal yang dimilki oleh Kabupaten Jember dan untuk mencapai hasil yang diharapkan dalam penyelenggaraan program keaksaraan di kabupaten setempat pada tahun 2016 - 2017, maka peyelenggaraannya dilaksanakan dengan sistem "gropyokan".
"Gropyokan merupakan strategi penyelenggaraan program penuntasan buta aksara dengan melibatkan seluruh unsur, potensi dan komponen masyarakat baik secara perorangan maupun secara organisatoris bersama-sama dalam mendukung pelaksanaan penuntasan buta aksara di Jember sesuai kemampuan dan potensi yang dimiliki," ujarnya.
Ia berharap sisa warga Jember yang buta aksara sebanyak 40.638 orang dapat dituntaskan pada tahun 2017, namun data tersbeut berbeda dengan data yang dimiliki Badan Pusat Statistik yang mencatat jumlah warga Jember yang buta aksara mencapai 164.118 orang.
"Langkah – langkah yang akan dilakukan adalah menggunakan data hasil validasi yang dimiliki oleh Dinas Pendidikan Jember, sehingga penuntasan buta aksara sebanyak 40.638 orang ditargetkan pada tahun 2017," katanya.(*)