Surabaya (Antara Jatim) - Sebanyak 27 daerah di Jawa Timur mengajukan surat siaga darurat bencana kepada Gubernur Soekarwo agar bisa memobilisasi semua sumber daya yang dimiliki untuk menangani bencana.
"Surat ini nantinya menjadi landasan untuk mengeluarkan sumber daya, baik sumber daya manusia, peralatan, logistik hingga anggaran," ujar Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Jatim Sudarmawan saat dikonfirmasi di Surabaya, Selasa.
Selain itu, surat tersebut juga dinilai sangat penting agar proses administrasi bisa dilakukan jika diberlakukan status siaga darurat bencana pada suatu daerah.
Tidak itu saja, kata dia, dengan adanya status siaga darurat ini juga sebagai landasan menyiapkan segala sesuatunya terkait kebencanaan, mulai pembuatan posko 24 jam, penambahan personel hingga mengelola kegiatan bencana.
Pihaknya mengaku pekan lalu telah melakukan rapat koordinasi dengan kabupaten/kota membahas status siaga darurat.
Dari 35 daerah yang memiliki BPBD, sebanyak 27 kabupaten/kota di antaranya telah mengajukannya, yaitu Kabupaten Madiun, Pacitan, Ponorogo, Lamongan, Banyuwangi, Trenggalek, Blitar, Tulungagung, Bojonegoro, Mojokerto dan Jombang.
Berikutnya Kabupaten Probolinggo, Lumajang, Bondowoso, Pamekasan, Sumenep, Sampang, Pasuruan, Bangkalan, Sidoarjo, Nganjuk, Kediri, Kota Malang, Kota Batu, Kota Pasuruan, Kota Kediri, serta Kota Probolinggo.
Surat status siaga darurat bencana yang diajukan terkait bencana banjir, tanah longsor dan angin puting beliung.
Sementara itu, Gubernur Jatim Soekarwo ketika dikonfirmasi terpisah mengaku penetapan darurat siaga bencana hingga saat ini belum ditentukan karena banjir hanya terjadi sporadis di beberapa titik, bahkan cepat surut.
"Pemerintah daerah setempat juga masih bisa menangani sendiri masalah yang terjadi di daerahnya sehingga belum meminta bantuan ke provinsi," kata Pakde Karwo, sapaan akrabnya.
Selain antisipasi banjir, lanjut dia, pemerintah juga telah bekerja sama dengan Perhutani untuk mendata dan meneliti potensi longsor yang ada di perbukitan di Jatim.
"Kami juga minta untuk tanaman-tanaman, terutama berada tebing-tebing diganti dengan tanaman yang akarnya kuat sehingga bisa mengurangi potensi longsor," katanya. (*)