Jember (Antara Jatim) - Pemerintah Kabupaten Jember, Jawa Timur meminta toko modern berjaringan dan supermarket memasarkan sejumlah produk lokal yang dikembangkan oleh usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di daerah setempat.
"Toko modern berjaringan juga harus bisa mewadahi produk UMKM lokal karena selama ini kendala UMKM ada di sektor pemasaran. Apabila toko modern mau bersinergi maka keberadaannya di tengah-tengah masyarakat semakin bermanfaat," kata Wakil Bupati Jember A. Muqit Arief di Jember, Kamis.
Bahkan, lanjut dia, Pemkab Jember akan melakukan evaluasi terhadap keberadaan toko modern berjaringan dan untuk sementara waktu, pihak pemkab tidak akan memberikan izin baru terhadap toko modern berjaringan yang sudah menjamur di Kabupaten Jember.
"Pada saat toko modern itu memperpanjang izinnya, maka komitmen mereka untuk ikut memasarkan produk lokal Jember juga harus ditinjau. Setidaknya, 30 persen barang yang dipasarkan oleh toko modern berjaringan merupakan produk lokal," tuturnya.
Sementara Branch Manager Alfamart Jember Anang Sani Setiawan mengatakan, peran perusahaan dalam merangsang UMKM yakni dengan melibatkan mereka sebagai suplier produk-produk "Home Brand and Private Label" (HBPL) di seluruh jaringan Alfamart.
"Di setiap cabang Alfamart, kami beri kewenangan bekerja sama dengan UMKM lokal untuk menjadi suplier, sehingga setiap toko di wilayah cabang berbeda maka produk UMKM yang dijual juga bisa beda," katanya.
Menurutnya, keberadaan toko modern berjaringan di suatu daerah pada umumnya ikut mendorong pertumbuhan ekonomi daerah yang bersangkutan, sehingga tidak hanya dari sisi penciptaan lapangan kerja, namun juga rangsangan terhadap para pelaku UMKM di tingkat lokal.
"Saat ini terdapat 32 cabang (distribution center) yang mengjangkau seluruh jaringan toko Alfamart di Indonesia dan secara nasional ada lebih dari 100 pelaku UMKM yang menjadi suplier tetap di Alfamart, bahkan jumlah itu terus bertambah dan itu belum termasuk suplier yang tidak tetap," tuturnya.
Ia menjelaskan pertumbuhan penjualan produk UMKM kategori HBPL pada tahun 2015 tidak kurang dari 40 persen dan angka tersebut punya peluang terus tumbuh, apabila item yang dijual semakin variatif.
"Kami membuka peluang bagi para pelaku UMKM lainnya yang ingin bergabung sebagai suplier agar produk yang dijual di toko semakin bervariasi," ujarnya menambahkan.
Untuk menjadi suplier produk UMKM di Alfamart, lanjutnya, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi di antaranya UMKM merupakan produsen yakni bukan penyalur, tempat produksi bersih dan sesuai standar dari pemerintah mengenai kebersihan dan kesehatan tempat produksi industri rumah tangga, serta skala produksi dapat mencukupi kebutuhan toko sehingga tidak akan terjadi kekosongan di cabang-cabang Alfamart.(*)