Surabaya (Antara Jatim) - Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf menyemangati pasien sumbing wajah, Tutik Handayani asal Lumajang, yang saat ini dirawat di Rumah Sakit Universitas Airlangga Surabaya.
"Tutik harus sabar dan tidak pernah berhenti mengejar cita-citanya, sekaligus membuktikan bahwa ini bukanlah penghalang," ujar Saifullah Yusuf di sela menjenguk Tutik di RSUA Surabaya, Selasa.
Di hadapan orang nomor dua di Pemprov Jatim itu, Tutik mengaku ingin menjadi guru agama dan penceramah seperti Mama Dedeh, sekaligus sebagai penjahit.
Gus Ipul, sapaan akrabnya, berjanji selepas operasi Tutik akan dibantu disekolahkan gratis karena hingga usianya yang sekarang masuk 16 tahun, belum pernah bersekolah.
"Nanti Dinas Pendidikan bekerja sama dengan Pemkab Lumajang mencarikan bagaimana Tutik ini bisa bersekolah di sana. Ini penting sehingga bisa hidup dengan normal dan mewujudkan cita-citanya," kata mantan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal tersebut.
Gus Ipul yang didampingi Rektor Unair Surabaya, Mohammad Nasih, juga menjamin menggratiskan seluruh biaya operasi dan perawatan selama berada di rumah sakit.
"Dokternya dan fasilitas sakit karena ini yang bisa kami persembahkan ilmu dan keahlian kami ke masyarakat. Untuk obat juga kami pastikan keluarga tak membayar karena sudah minta korps alumni Unair membantu," kata Nasih.
Sementara itu, Tutik Handayani menderita "facial cleft" atau dalam bahasa medis disebut mengalami ketidaksesuaian malformasi kongenital bentuk pada tengkorak dan wajah yang mencakup celah dan berkembang ke dalam berbagai bentuk.
Insidensi malformasi kongenital adalah 1 dari 33 kelahiran, dan "facial cleft" sendiri melibatkan daerah sekitar mulut dan hidung hingga jaringan lunak dan tulang pada dagu, mata, telinga, kening dan dapat sampai ke batas rambut.
Menurut dr. Indri Lakshmi Putri, Sp.BP-RE (KKF), tim dokter bedah plastik RS UNAIR yang menangani kasus Tutik, mengatakan bahwa operasi ini termasuk kasus sulit akibat terlambat ditangani karena Tutik baru dibawa ke RS ketika usianya sudah remaja.
"Harusnya operasi seperti ini dilakukan ketika usia tiga bulan," katanya.
Saat ini RSUA juga telah membentuk tim kraniofasial yang terdiri dari para dokter ahli cacat bawaan dibantu dengan dokter mata, psikiater, anastesi, dokter telinga serta dokter bedah syaraf, bahkan telah melakukan operasi pertama pada Kamis (18/8). (*)
