Surabaya (Antara Jatim) - Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menyikapi adanya pencemaran di Sungai Wonerejo akibat limbah rumah tangga berupa deterjen yang kerap terjadi.
Kepala Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya Musdiq Ali Suhudi, di Surabaya, Selasa, mengatakan memang kerap terjadi busa tebal menutup permukaan sungai, terutama ketika rumah pompa di sana dihidupkan.
"Munculnya busa itu akibat limbah domestik atau limbah dari rumah tangga. Kandungan deterjen di sungai mengendap di dasar sungai. Ketika air sungai teraduk, kandungan detergen bereaksi membentuk gumpalan busa," katanya.
Ia menambahkan limbah domestik sebagian besar mengandung deterjen dari pencucian perabot dapur, kendaraan, atau air sabun dari kamar mandi. "Masyarakat tidak boleh membuang limbah rumah tangga ke sungai," katanya.
Untuk itu, lanjut dia, perlu dibuat Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) terpusat. "Jadi air limbah itu ditampung di IPAL terpusat untuk diolah setelah dibuang ke sungai," katanya.
Pegiat lingkungan hidup di Pantai Timur Surabaya Wawan Some mengatakan pencemaran di Kali Wonerejo akibat limbah rumah tangga berupa deterjen sudah tahap mengkhawatirkan.
Seperti yang terjadi pada Sabtu lalu (13/8), ketika rumah pompa Wonorejo II beroperasi. Air Sungai Wonorejo yang semula berwarna coklat, tak lama kemudian sudah tertutupi busa berwarna putih yang tebal.
Ketika pompa dimatikan, air sungai yang berbusa itu mengalir kembali dari arah muara karena air laut sedang pasang. Busa putih itu mulai terpecah dan mirip tumpukan salju di daerah bermusim dingin. Jika tertiup angin, busa itu ikut beterbangan.
"Ini terjadi karena deterjen yang mengendap di dasar Sungai Wonorejo ikut teraduk ketika pompa air dinyalakan. Akibatnya, endapan deterjen itu menimbulkan busa yang tebal," katanya.
Menurut dia, perilaku masyarakat yang membuang air limbah rumah tangga ke sungai hingga sekarang masih terus berlangsung. "Bayangkan, warga di Rungkut ini sekitar 300 ribuan, dan mereka membuang limbah rumah tangga ke sungai, maka akibatnya seperti ini," katanya.
Selain itu, lanjut dia, keberadaan usaha pencucian pakaian yang menjamur juga menjadi penyumbang terbesar pencemaran air di sana. Apalagi, deterjen yang dipakai belum ada yang ramah lingkungnan. Bahkan ada kecenderungan masyarakat memakain deterjen yang banyak busa.
"Jika dibiarkan akan banyak ikan yang mati akibat kekurangan oksigen. Selain itu muncul gulma dan enceng gondok. Bahkan ikan juga akan mengalami perubahan kelamin," katanya.
Untuk menekan pencemaran kali,lanjut Wawan, maka masyarakat harus diet deterjen. Artinya, penggunaan deterjan sesuai dengan kebutuhan. Jika perlu memakai deterjen ramah lingkungan yang sekarang sudah beredar di pasaran.
Sungai Wonorejo sendiri adalah sungai di kawasan Pantai Timur Surabaya. Sungai itu melewati kawasan permukiman dan industri. Di sekitar muara, air sungai melintasi kawasan hutan mangrove dan area tambak. Di dekat Rumah Pompa Wonorejo II juga terdapat obyek wisata Mangrove Wonorejo yang menjadi kawasan konservasi. (*)
Pemkot Surabaya Sikapi Limbah Deterjen Sungai Wonorejo
Jumat, 19 Agustus 2016 17:38 WIB
Munculnya busa itu akibat limbah domestik atau limbah dari rumah tangga. Kandungan deterjen di sungai mengendap di dasar sungai. Ketika air sungai teraduk, kandungan detergen bereaksi membentuk gumpalan busa