Probolinggo (Antara Jatim) - Luas lahan tambak garam di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur cenderung menurun berdasarkan data Dinas Perikanan dan Kelautan kabupaten setempat yang mencatat tambak garam selama dua tahun terakhir berkurang 22,42 hektare.
"Penyempitan tambak garam itu karena beralih fungsi menjadi tambak intensif budidaya udang," kata Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan (Diskanla) Probolinggo Dedy Isfandi di Probolinggo, Rabu.
Data Diskanla Probolinggo mencatat tambak garam tahun 2016 luasnya mencapai 359,815 hektare sama dengan data tahun 2015, namun luasan tersebut menurun apabila dibandingkan dengan luas tambak garam pada 2014 mencapai 382,235 hektare.
"Jumlah kelompok petambak garam yang ada di Probolinggo sebanyak 60 kelompok dengan jumlah anggota 508 orang," tuturnya.
Menurut dia, produksi garam pada tahun 2015 lalu mencapai 26.211,274 ton terdiri dari kualitas (KW) 1 sebanyak 3.356,378 ton, KW 2 sebanyak 20.064,2 ton dan KW 3 sebanyak 2.790,696 ton.
"Apabila dibandingkan dengan tahun 2014, maka terjadi kenaikan sebesar 1.062,475 ton dari produksi garam tahun 2014 sebesar 25.148,817 ton," katanya.
Ia mengatakan kebijakan Pemkab Probolinggo pada tahun 2016 diarahkan kepada peningkatan kualitas garam rakyat melalui berbagai cara, mulai dari proses produksi di lahan hingga penanganan pengolahan garam.
"Dalam hal produksi, metode Teknologi Ulir Filter (TUF) dan penggunaan geoisolator akan kita kembangkan di lahan tambak garam Probolinggo, dengan tujuan untuk meningkatkan produksi dan kualitas garam," paparnya.
Tahun 2015, penggunaan geoisolator telah diimplementasikan di lahan tambak garam di delapan desa potensi yakni Desa Randutatah di Kecamatan Paiton; Desa Kebonagung, Sidopekso dan Asembagus di Kecamatan Kraksaan; Desa Penambangan dan Sukokerto di Kecamatan Pajarakan; Desa Klaseman, Pajurangan dan Curahsawo di Kecamatan Gending.
"Hasil penerapan pemasangan geoisolator dapat meningkatkan produksi garam dari 50 ton/ha menjadi 75 ton/ha, atau peningkatannya mencapai 50 persen dibandingkan dengan menggunakan lahan tradisional," ujarnya menambahkan.(*)