Tuban (Antara Jatim) - Menu kare rajungan tidaklah asing bagi siapa saja terutama pengemar menu ikan laut. Apalagi kalau terbiasa makan di warung, restoran di daerah pantai bisa memperoleh menu kare rajungan tidaklah sulit.
Tapi kalau menyantap menu kare rajungan dengan cara "gropyokan" (bersama) yang kemudian dimasak sendiri bisa menambah sensasi yang berbeda dibandingkan harus makan di warung atau restoran.
"Sekarang lagi musim rajungan di Tuban. Saya bisa memperoleh rajungan besar-besar di pasar tradisional dengan harga murah Rp50 ribu per kilogram," kata warga Kelurahan Latsari, Kecamatan Kota, Tuban Ny. Lies Tubagus Marwoto, tuan rumah yang bertugas memasak kare rajungan itu, Minggu (7/8).
Namun, ia mengaku tidak tahu pasti jadwal musim rajungan di daerah setempat, karena semua bergantung kondisi angin laut.
"Tapi kalau sekarang mencari rajungan di pasar tradisional di Tuban tidak sulit. Kalau pusatnya memang di Brondong, Lamongan, karena produksi rajungan Tuban semuanya ditampung di Brondong," jelas dia.
Di sejumlah pasar tradisional di Tuban, Lamongan, juga Bojonegoro, sekarang ini harga rajungan mentah berkisar Rp60.000-Rp70.000 per kilogram.
Coba, kata Marwoto suami Ny. Lies, membandingkan kalau menu kare rajungan satu baskom dengan jumlah puluhan rajungan dibeli di warung atau restoran bisa dipastikan akan mengeluarkan uang cukup besar.
"Menu kare rajungan sebaskom itu kalau di warung atau restoran bisa menghabiskan uang jutaan rupiah," ucapnya, menegaskan.
Lebih lanjut ia menjelaskan di daerah setempat bisa dijumpai warung atau restoran yang menjual menu ikan laut, termasuk kare rajungan, antara lain, di Kecamatan Palang, juga di Jalan Manunggal di Kecamatan Kota.
Di Palang, kata dia, ada sedikitnya 10 warung yang menyediakan menu kare rajungan dengan harga berkisar Rp75.000-Rp80.000 per porsi. Biasanya di sejumlah warung dan restoran pembeli memperoleh per porsi berisi dua kare rajungan dengan kuahnya.
"Kalau di sejumlah warung yang ada di Tuban menu kare rajungan biasanya dimasak pedas, tapi karena saya mengundang tamu saya memasak kare rajungan tidak terlalu pedas," ucap Ny. Lies menjelaskan.
"Awas kolesterol", begitu komentar sebagian teman-teman yang ada di wa menanggapi foto makan "gropyokan" kare rajungan yang diterima sejumlah warga Bojonegoro datang memenuhi undangan keluarga Ny. Lies Tubagus Marwoto.
Namun, Marwoto yang biasa dipanggil Wowot menyatakan sudah mempersiapkan penangkal penurun kolosterol yaitu buah belimbing asal Desa Tasikmadu, Kecamatan Palang.
Setelah makan kare rajungan, kata dia, dengan menyantap buah belimbing maka peningkatan kolosterol bisa diredam, terutama untuk orang yang sudah berusia lanjut.
"Sebaiknya kalau habis menyantap kare rajungan dilanjutkan menyantap buah belimbing, sebab bisa menurunkan kolesterol," ucapnya, menegaskan.
Mendengar ceritera itu, salah seorang warga Bojonegoro Muntoro yang usianya sudah 65 tahun menjadi tidak gamang menyantap kare rajungan, bahkan ia tidak tanggung-tanggung mampu menghabiskan empat rajungan.
"Mau menambah lagi sudah tidak kuat," ujarnya.
Menurut Muntoro juga warga Bojonegoro lainnya Abdul Manan Yakub, menu kare rajungan yang disantap itu terasa nikmat dan lezat karena tidak terlalu pedas. Selain itu, rasa daging rajungan juga manis, karena rajungan yang dimasak merupakan rajungan yang baru diperoleh dari nelayan.
"Kare rajungan merupakan menu favorit saya. Karena itu saya dari Surabaya datang ke Tuban karena ada undangan makan bersama kare rajungan," kata warga Surabaya Deslisetyawati. (*)