Kereta api menjadi salah satu moda transportasi yang selalu "diburu" dan diminati oleh para pemudik saat bersilaturahmi ke sanak saudara di setiap momentum Hari Raya Idul Fitri karena nyaman dan bebas dari macet.
Nah, di balik suksesnya arus mudik melalui jalur kereta api, ada sosok yang berperan penting dalam kelancaran mengantar para pemudik tersebut sampai ke kampung halaman, ya mereka adalah pengemudi kereta api yang biasa disebut masinis.
Pada momentum Lebaran, tentu yang paling ditunggu oleh masyarakat adalah silaturahmi dan berkumpul bersama keluarga besar untuk bertatap muka sambil bermaaf-maafan, bahkan jarak yang sangat jauh pun mereka tempuh hanya untuk melakukan tradisi mudik ke kampung halaman.
Namun, tidak bagi seorang masinis Ferry Eko Pramono yang harus tetap bekerja mengantarkan pemudik ke sejumlah tujuan selama masa angkutan Hari Raya Idul Fitri 1437 Hijriah, sehingga momentum silaturahmi dan kumpul keluarga saat Lebaran tidak bisa dirayakan pas Lebaran.
"Saya senang bisa mengantarkan penumpang untuk mudik ke kampung halamannya saat Lebaran, meskipun saya tidak bisa berkumpul dengan keluarga. Kegembiraan para pemudik sampai tujuan dengan selamat menjadi kebanggaan dan kebahagiaan tersendiri," tuturnya.
Ketika pertama kali mengemudikan kereta api di wilayah Daerah Operasi IX pada saat Lebaran, masinis asal Jember itu sempat menangis dan sedih karena tidak bisa berkumpul dengan keluarga untuk merayakan Hari Kemenangan seperti kebanyakan orang.
"Awalnya saya sangat sedih karena tidak bisa bertatap muka untuk bermaaf-maafan dengan keluarga besar di Jember saat Hari Raya Idul Fitri. Kemudian saya bisa menyadari bahwa pekerjaan saya sangat penting untuk mengantarkan pemudik untuk pulang kampung ke sejumlah tujuan," ucap bapak satu anak itu.
Pada 6 Juli 2016 yang bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri 1437 Hijriah, Ferry menjadi masinis cadangan untuk KA Probowangi jurusan Jember-Banyuwangi, sehingga harus meninggalkan istri, anak, dan orang tua saat mereka merayakan Lebaran di Jember.
Tradisi silaturahmi dengan sanak saudara juga harus ditunda setelah masa angkutan Lebaran di PT KAI Daop IX Jember selesai karena seluruh karyawan PT Kereta Api Indonesia tidak boleh libur dan harus masuk kerja selama Lebaran.
"Tidak masalah bagi saya untuk menunda berkumpul keluarga dan silaturahmi dengan sanak saudara saat Lebaran, bahkan keluarga memberikan dukungan penuh untuk bekerja semaksimal mungkin mengantarkan pemudik," ujar pria yang sudah bekerja di PT KAI selama tujuh tahun itu.
Tanggung jawab yang sangat besar untuk mengantarkan ratusan hingga ribuan penumpang dengan selamat saat mudik dengan "kuda besi" berada di pundak masinis, sehingga tidak heran kebahagiaan pemudik sampai di tempat tujuan juga menjadi kebanggaan dan kebahagiaan bagi para masinis.
"Bekerja saat Lebaran tidak menjadi beban bagi saya karena melihat penumpang bisa mudik dengan selamat hingga stasiun tujuan menjadi kebahagiaan tersendiri," kata masinis yang pernah mengemudikan KA Pandanwangi hingga KA Mutiara Timur itu. (*)