Surabaya (Antara Jatim) - Panitia lomba internasional "EcoShell Marathon Challenge Divers World Championship (DWC)" di London, Minggu (3/7) siang, "menghentikan" langkah mobil "Sapu Angin" ITS untuk melaju dalam ajang itu, meski sudah lolos saat pemeriksaan teknis.
"Alasannya, Sapu Angin telah banyak mengalami perubahan (major change), padahal sehari sebelumnya, mobil yang berubah setelah terbakar itu, dinyatakan lolos dalam pemeriksaan teknis dan layak jalan (valid run)," kata dosen pembimbing tim Ir Witantyo M.Eng.Sc dalam surat elektronik yang diterima Antara di Surabaya, Minggu.
Dosen pembimbing yang ikut mendampingi tujuh mahasiswa anggota tim Sapu Angin itu menjelaskan saat menjalani uji coba lintasan pun, Sapu Angin berhasil melakukan dua putaran.
Dalam dua race di arena Queen Elizabeth Olympic Park, London, itu, hasilnya mencatat angka 176 km per liter dan 183 km per liter dalam konsumsi bahan bakar. Uji coba lintasan ini dilakukan agar bisa lolos dalam kualifikasi.
"Kami telah melaporkan kenyataan ini ke Pak Rektor dan Rektor ITS telah mengirim surat untuk meminta penjelasan detail terhadap kasus yang menimpa tim ITS itu," katanya.
Dalam suratnya, Rektor ITS, Prof Prof Ir Joni Hermana MSc ES PhD., meminta penjelasan terhadap apa yang telah menimpa tim Sapu Angin, yang dinilainya diperlakukan tidak adil.
"Mobil kami memang terkena musibah terbakar, dan dengan semangat yang tinggi mahasiswa telah berhasil mewujudkannya kembali dalam segala keterbatasan, sekaligus telah mengalami uji lintasan sebanyak dua kali," tulis Rektor dalam suratnya.
Jika kemudian hasil akhirnya tetap tidak bisa ikut race, tulis Rektor lagi, mohon disampaikan dan diinformasikan dengan baik kepada pihak ITS tentang alasan-alasan terhadap keputusan itu.
Apalagi, panitia memberi nomor punggung mobil di "paddock" Tim ITS yaitu no.902 yang artinya diunggulkan (seeded) nomor 2.
Joni Hermana perlu menyampaikan surat itu agar semangat juang yang telah ditunjukkan mahasiswa tidak pupus.
Karena itu alasan yang rasional, kenapa Sapu Angin tidak diperbolehkan melaju itu perlu untuk bahan pembelajaran jika kemudian hari ada lomba serupa.
"Apa pun hasilnya, tim Sapu Angin sudah menunjukkan yang terbaik. Mampu dalam waktu singkat dan bekerja dalam tekanan yang luar biasa, mewujudkan kembali mobil Sapu Angin dari sisa-sisa material mobil yang terbakar. Bagi kami, Sapu Angin hakekatnya sudah menjadi juara," kata Rektor. (*)