Surabaya (Antara Jatim) - ITS akan melakukan investigasi untuk menelusuri penyebab kebakaran mobil Sapu Angin yang akan berlaga dalam EcoShell Marathon Challenge Divers World Championship (DWC) di London, 30 Juni-3 Juli 2-16.
"Investigasi dimulai sejak dalam persiapan untuk dimasukkan ke dalam petikemas, pengiriman melalui jasa kargo udara, penurunan di tempat tujuan hingga pengangkutan ke arena lomba," kata Ketua Jurusan Teknik Mesin ITS Ir Bambang Pramujati M.Sc.Eng PhD di Surabaya, Selasa.
Ia menjelaskan informasi awal yang diterima menyebutkan bahwa peristiwa terbakarnya mobil itu dalam perjalanan dari Qatar ke London pada Minggu (26/6) itu diketahui saat petikemas berisi mobil Sapu Angin itu mau diturunkan dari truk pengangkut di arena lomba.
"Atas terbakarnya mobil yang menjadi juara pertama dalam laga serupa tingkat Asia 2016 di Filipina pada awal Maret lalu itu, maka tim ITS dipastikan tidak akan melaju pada lintasan di Stadion Olompic, London," katanya.
Rencananya, mobil Sapu Angin yang mewakili Indonesia itu akan bertarung dalam ajang Divers World Championship (DWC) yang diadakan pertama kali sejak 30 tahun diselenggarakannya Shell Eco-Marathon.
Berdasarkan jadwal, mobil Sapu Angin akan berlaga dengan para juara dari tiga benua, yakni Asia, Eropa, dan Amerika. Lomba tidak hanya pada konsumsi penggunaan bahan bakar yang irit, tapi juga adu kecepatan.
Dalam ajang itu, Asia diwakili oleh lima tim, yakni tiga tim dari Indonesia, yakni ITS, UI, dan UPI, lalu dua tim lainnya dari Singapura dan Filipina.
"Kami tidak ingin menyalahkan siapa pun dalam musibah ini, karena memang secara detail harus diketahui penyebabnya, untuk itu investigasi perlu dilakukan. Dalam investigasi nanti, kami lebih pada penyebab-penyebab terbakarnya kendaraan itu. Ini penting agar kasus serupa tidak terulang," katanya.
Dalam menyikapi musibah itu, Rektor ITS, Prof Ir Joni Hermana MSc ES PhD, menyatakan pihaknya akan mengambil hikmah atas peristiwa itu.
"Selalu ada hikmah dibalik suatu kejadian. Semoga tim yang masih berada di London tetap semangat dan bersabar serta bersyukur," katanya.
Sementara itu, Dosen Pembimbing Ir. Witantyo M.Eng.Sc dalam surat elektronik dari London melaporkan di tengah rasa kekecewaan yang mendalam, tim juga bersyukur, karena terbakarnya Sapu Angin tidak di tengah perjalanan atau di udara saat dalam pengangkutan.
"Bagaimana ceritanya jika itu terjadi di udara di dalam pesawat. Kami tidak bisa membayangkan," kata Witantyo yang berkeinginan tetap akan bersama tujuh mahasiswanya di arena lomba itu, untuk melihat penampilan tim-tim lain dari benua Eropa dan Amerika.
Bambang menyebut berbagai dugaan terkait penyebab terbakarnya mobil Sapu Angin ITS itu. "Semuanya masih dugaan-dugaan. Nanti tim investigasi yang akan mendalami semuanya," katanya.
Dugaan itu mulai dari kemungkinan terjadinya gesekan material mobil dengan baterai pada saat perjalanan hingga kesalahan dalam penempatan material di dalam petikemas. (*)