Madiun (Antara Jatim) - Sebanyak delapan siswa di Kabupaten Madiun, Jawa Timur, tercatat absen atau tidak mengikuti ujian nasional (UN), baik berbasis komputer (UNBK) maupun manual (kertas) tingkat SMP dan sederajat pada tahun 2016 karena berbagai alasan.
Kepala Bidang Pendidikan Menengah, Dinas Pendidikan Kabupaten Madiun, Tri Wiyono, Senin, mengatakan, delapan peserta atau siswa yang tidak ikut ujian tersebut telah tercatat dalam daftar nominatif tetap (DNT) dari tujuh sekolah.
"Enam siswa tidak ikut ujian karena mengundurkan diri, satu siswa karena sakit, dan satu siswa lainnya karena mengalami masalah gangguan kejiwaan," ujar Tri Wiyono kepada wartawan.
Adapun, enam siswa yang mengundurkan diri tersebut adalah, satu siswa dari SMPK Santo Realino Saradan, satu siswa dari Mts Sewulan, satu siswa dari Mts Thoirul Huda, satu siswa dari Mts Kedungjati, seorang dari Mts Roisul Huda, dan satu lagi dari SMPN 2 Pilangkenceng.
"Sedangkan seorang siswa yang sakit berasal dari Mts Doho. Untuk yang sakit masih bisa mengikut UN susulan," kata dia.
Pihaknya sangat menyayangkan sikap enam siswanya yang mengundurkan diri dari UN. Sebelumnya, pihak sekolah telah beberapa kali mendatangi rumah masing-masing siswa untuk tetap ikut UN.
"Namun, yang bersangkutan tetap memutuskan mundur. Di antaranya ada yang karena mengikuti orang tua pindah ke Sulawesi bulan lalu," kata dia.
Terkait pelaksanaan ujian nasional, Tri Wiyono menyatakan secara umum di Kabupaten Madiun berjalan lancar. Baik ujian yang berbasis komputer maupun kertas, semuanya aman.
"Pelaksanaan ujian nasional pada hari pertama ini berjalan lancar. Kami berharap ujian nasional secara umum dapat berjalan lancar tanpa kendala hingga hari terakhir nanti," kata dia.
Data Dinas Pendidikan Kabupaten Madiun mencatat, ujian nasional tahun ini diikuti sebanyak 9.342 siswa SMP dan sederajat yang telah masuk dalam daftar nominatif tetap yang terdapat di 83 lembaga.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 5.258 siswa di antaranya menjalani ujian nasional berbasis komputer (UNBK) yang terdapat di 27 lembaga, sedangkan sisanya mengikuti UN dengan menggunakan kertas. (*)