Kediri (Antara Jatim) - Kuota untuk elpiji ukuran 3 kilogram atau yang bersubsidi di wilayah Pertamina MOR V yang mencakup Jatim, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur pada 2016 ini mencapai 1,4 juta metrik ton, naik ketimbang 2015 yang hanya 1,2 juta metrik ton.
"Kuota untuk elpiji 3 kilogram mengalami kenaikan sekitar 14 persen dan memang tiap tahun mengalami pertumbuhan," kata General Manager (GM) Pertamina MOR V Ageng Giriyono ditemui dalam acara program "Cashless Payment System" agen LPG wilayah Kediri di salah satu hotel Kediri, Jawa Timur, Selasa.
Ia mengatakan, banyak faktor yang bisa mempengaruhi adanya kenaikan kuota tersebut, misalnya laju pertumbuhan penduduk, usia menikah atau yang berumah tangga, serta sektor informal mikro yang juga mengalami kenaikan. Adanya kondisi tersebut, menyebabkan permintaan atau 'demand' menjadi naik.
Lebih lanjut, ia mengatakan untuk kuota elpiji ukuran 3 kilogram itu sudah diatur oleh pemerintah, sehingga ketika nantinya kekurangan pun harus dikoordinasikan dengan pemerintah.
"Kuota ini domain pemerintah, kami diberi tugas dengan angka 1,4 juta metrik ton kami terima," ujarnya.
Terkait dengan kemungkinan revisi kuota, ia mengatakan belum bisa memastikan. Namun, saat ini pemerintah juga sudah memulai berbagai program misalnya adanya rencana konversi penggunaan bahan bakar minyak (BBM) di daerah nelayan supaya nelayan bisa menggunakann elpiji ukuran 3 kilogram untuk melaut.
Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) akan menjalankan program konversi BBM ke elpiji untuk nelayan. Target program konversi BBM ke elpiji tersebut adalah nelayan kecil. Mereka menggunakan elpiji ukuran 3 kilogram.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM I Gusti Nyoman Wiratmaja
mengungkapkan, nelayan yang menggunakan bahan bakar elpiji untuk kapalnya, dapat menghemat biaya operasional Rp50 ribu hingga Rp57 ribu per hari. Untuk sebulan nelayan bisa meraih tambahan penghasilan mencapai Rp1,5 juta. Untuk program tersebut, wilayah yang direalisasikan pada 2016 adalah Bali, ‎Sumatera dan Lombok (Nusa Tenggara Barat).
Sementara itu, saat ini Pertamina juga giat uji coba pemanfaatan program "Cashless Payment System" atau pembayaran tanpa uang untuk agen dan pangkalan elpiji ukuran 3 kilogram.
Program tersebut dinilai bisa meningkatkan tertib administrasi maupun serah terima produk elpiji ukuran 3 kilogram. Pangkalan maupun agen harus membuat laporan terkait pengelolaan elpiji terutama yang bersubsidi yaitu ukuran 3 kilogram. Dengan didukung laporan yang baik, Pertamina juga bisa memberikan laporan ke pemerintah terkait dengan berbagai pencatatan stok elpiji, termasuk di agen dan pangkalan.
Selain itu, transaksi cashless ini juga memungkinkan pangkalan melakukan pemesanan dan pembayaran melalui SMS Banking, sedangkan agen mendapatkan laporan rekonsiliasi pencatatan transaksi secara otomatis dan nyata serta rekap bulanan yang lebih akurat. Saat ini, yang sudah menjalankan program itu di Tangerang serta Depok. Di Jatim, Kediri rencana sebagai kota untuk percontohan program tersebut. (*)