Surabaya (Antara Jatim) - Pakar Kelautan dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menyarankan kepada pemerintah, maupun investor agar kawasan di Pelabuhan Ujung, Tanjung Perak, Surabaya dengan pelabuhan Kamal, Madura dijadikan wisata maritim.
"Kapal-kapal di pelabuhan Ujung-Kamal terasa mati karena adanya pembangunan jalur darat, yaitu jembatan Suramadu, sehingga perlu konsep baru agar kapal-kapal ini bisa dimanfaatkan," kata pakar kelautan, Daniel M Rosyid di Surabaya, Jatim, Senin.
Ia mengatakan kawasan Ujung-Kamal memiliki potensi yang bisa dikembangkan untuk mendukung pemberdayaan kapal feri yang semakin hari jumlahnya semakin menurun.
"Kawasan Ujung-Kamal memiliki banyak potensi, misalnya saja monumen jalesveva jayamahe yang dikunjungi wisatawan melalui jalur laut. Konsep ini tentu berbeda dan semakin menarik untuk dikunjungi karena menjadi rute wisata baru di Surabaya," kata dia.
Menurut dia, monumen setinggi 30,6 meter tersebut dibangun atas prakarsa dari Laksamana TNI Muhammad Arifin, Kepala Staf TNI yang menjabat di tahun 1990-an. Sejarah ini pun bisa dimasukkan dalam konsep wisata maritim.
"Selain itu ada juga konservasi mangrove yang bisa dikembangkan melalui konsep wisata maritim. Kami ingin agar Surabaya kembali menjadi wisata maritim supaya generasi muda tidak lupa bahwa jiwa nenek moyang berasal dari maritim," tuturnya.
Namun, hal yang harus diperhatikan adalah infrastruktur kapal. Jika kapal feri digunakan untuk menyusuri titik-titik potensi wisata di Ujung-Kamal, maka dinilai kurang efektif karena ukuran kapal yang terlalu besar.
"Kedalaman laut di Ujung-Kamal bisa dangkal karena tidak dilalui kapal, bayangkan saja dulu ketika belum ada Suramadu, Ujung-Kamal menjadi penyeberangan tersibuk di dunia sebab setiap delapan menit sekali kapal silih berganti," jelasnya.
Oleh karena itu, ia menyarankan agar investor atau pemerintah menggunakan Kapal Layar Motor (KLM). Kapasitas KLM berjumlah 15 orang bisa membawa wisatawan dengan mudah untuk bersandar di tepi laut.
Dikonfirmasi terpisah, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (Gapasdap) Jatim, Khoiri Soetomo mengatakan konsep wisata maritim yang memanfaatkan rute Ujung-Kamal diperbolehkan, asal kapal yang tersedia masih beroperasi.
"Dulu kapal yang beroperasi di Ujung-Kamal mencapai 18 unit plus satu unit cadangan, setelah Suramadu beroperasi, jumlahnya menyusut jadi empat unit. Waktu tunggu yang dulu dua menit, sekarang menjadi 24 menit," paparnya.
Tarif Suramadu yang makin murah, ia menambahkan jelas mengurangi jumlah pengguna jasa penyeberangan. Maka dari itu, pihaknya berharap agar pemprov bisa segera memberikan subsidi agar jasa penyeberangan bisa terus survive. (*)