Menu botok "keluak" (kepayang) ikan Jendhil Bengawan Solo di Bojonegoro, Jawa Timur, merupakan menu makanan khas yang sulit dicari tandingannya, karena bisa membuat orang "mabuk kepayang" ketagihan.
Di daerah setempat, dari beberapa warung yang menjual berbagai aneka ikan Bengawan Solo, salah satunya yang menjual khusus botok keluak ikan Jendhil yaitu di warung milik Ny. Supiyatun (41), di taman Bengawan Solo (TBS) di Desa Ledokkwetan, Kecamatan Kota.
"Saya sudah lima tahun menjual menu botok keluak ikan Jendhil, selain juga menjual berbagai aneka ikan Bengawan Solo lainnya," kata Ny. Supiyatun, dalam perbincangan dengan Antarajatim, Rabu (23/3).
Selama berjualan menu botok Jendhil, sebagaimana dijelaskan Supiyatun, pelanggannya dari berbagai kalangan, baik lokal, juga luar daerah, seperti Surabaya, Nganjuk, juga daerah lainnya.
Bahkan, katanya, ada sejumlah pegawai negeri sipil (PNS) di sebuah instansi di daerah setempat, yang hampir setiap hari menyantap menu botok keluak Jendhil.
"Mereka kadang juga memesan sampai 50 bungkus botok ikan Jendhil, untuk dimakan bersama di kantornya," ucapnya.
Hanya saja, lanjut dia, kalau ada pemesan botok keluak ikan Jendhil dengan jumlah banyak, harus memesan sebelumnya, karena harus mengumpulkan ikan Jendhil dari nelayan Bengawan Solo, juga pedagang ikan.
Ia mengaku bisa memasak menu botok keluak Jendhil, karena suaminya Mangun, memiliki hobi memancing di Bengawan Solo.
Karena perolehan berbagai aneka ikan Bengawan Solo selama memancing cukup banyak, termasuk ikan Jendhil, maka suaminya mengajari cara membuat menu bothok ikan Jendhil, yang kemudian membuka warung khusus ikan Bengawan Solo, sejak lima tahun lalu.
Resep menu botok jendhil, antara lain, selain keluak, juga cabai, bawang merah, bawang putih, kunir, garam juga bumbu lainnya.
"Tapi yang "mbeteti" (membersihkan) ikan Jendhil tetap saya, sebab kalau salah rasa ikan Jendhil bisa berbalik drastis tidak lezat," jelas Mangun, menegaskan.
Di warungnya, menurut Mangun, harga menu botok ikan Jendhil Rp15.000 per porsi, sudah termasuk nasi dan teh. Harga menu itu, tergolong murah, sebab ikan jendhil termasuk ikan paling mahal dibandingkan dengan harga ikan air tawar yang ada.
Dalam sehari, lanjut Supiyatun, di warungnya bisa menghabiskan menu botok Jendhil sekitar 15 bungkus, belum termasuk berbagai aneka ikan Bengawan Solo lainnya, yang digoreng atau dimasak asem-asem.
"Meskipun ikan Jendhil sulit diperoleh, saya tetap bisa menjual menu botok ikan Jendhil setiap hari. Hanya saja, siang hari menu botok Jendhil sudah habis," ucap Supiyatun, menegaskan.
Seorang warga Desa Ledokwetan, Kecamatan Kota, Bojonegoro Mulyo Oetomo (57), menjelaskan menu botok ikan Jendhil, merupakan menu khas yang sangat dikenal warga di sepanjang bantaran Sungai Bengawan Solo.
"Menu botok Jendhil sudah ada, sejak saya belum lahir," jelas dia.
Ia juga menegaskan warga di daerahnya, terutama di sepanjang Bengawan Solo, sudah tahu bahwa berbagai aneka ikan Bengawan Solo, yang paling gurih dan disukai warga yaitu ikan Jendhil, terutama kalau di botok keluak.
"Dagingnya gurih dan "kesed" (tidak berair), kalau digoreng," ucapnya, menegaskan.
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Bojonegoro Dyah Enggar Rini, mengaku mendengar ikan Jendhil merupakan ikan yang paling enak di antara, berbagai aneka ikan yang ada di Bengawan Solo.
"Kalau perolehan nelayan bisa stabil bisa saja menu ikan Jendhil menjadi khas Bojonegoro, yang bisa menambah daya tarik pariwisata," ucapnya. (*)