Surabaya (Antara Jatim) - Mahasiswa Institut Bisnis dan Informatika STIKOM Surabaya, Jagad Lanang Surobramantyo, menciptakan alat pendeteksi kematangan buah durian guna mengantisipasi kecurangan penjual tentang kualitas buah durian.
"Durian itu rentan terhadap kecurangan penjual dalam menentukan matang atau mentahnya durian dan alat ini diciptakan untuk membantu konsumen mengetahui tentang matang atau tidaknya durian," katanya di Surabaya, Kamis.
Ia menjelaskan alat pendeteksi kematangan durian ini diharapkan mampu membantu konsumen durian dalam memilih durian yang matang dan mentah dengan skala standar yang ditetapkan pada sistem.
"Ketika durian dimasukkan ke dalam wadah pengukur maka bau yang keluar dari durian akan dideteksi oleh alat pengukur dan pada layar alat akan menunjukkan hasil matang atau tidaknya durian," katanya.
Mahasiswa kelahiran Makasar ini menjelaskan, alat pengukur kematangan durian dapat dilihat dengan skala 150-255 PPM (Pulspermenit) untuk durian matang dan skala 0-100 PPM untuk durian mentah, skala antara 100-150 PPM untuk durian setengah matang.
Selain itu, Tyo menambahkan alat ini direkomendasikan kepada pengepul durian agar dapat membantu penyeleksian durian sebelum berada di tangan konsumen.
"Alat ini mampu digunakan kurang lebih 50 durian dalam satu kali penggunaan baterai agar mudah digunakan dan direkomendasikan untuk pengepul durian montong," ujarnya.
Tyo menggambarkan kinerja alat pendeteksi kematangan durian ini dengan empat langkah.
Pertama, kipas angin akan menyala untuk membersihkan wadah durian sebelum durian dimasukkan, karena alat ini diciptakan dari alat pendeteksi kebocoran gas elpiji.
"Alat pendeteksi kebocoran gas elpiji itu merupakan dasar kinerja alat pendeteksi kematangan durian, sehingga alat ini akan bekerja pada buah yang memiliki 'bau' yang menyengat seperti durian," katanya.
Langkah selanjutnya, tyo menjelaskan pada sensor TG 2600 sebagai alat pendeteksi sekaligus microcontroler setelah durian dimasukkan ke wadahnya.
Setelah durian berada di dalam wadah dan ditutup rapat, kipas di dalam wadah akan bekerja dan secara bersamaan microcontroler akan bekerja dengan membaca data nilai ADC (Analog Digital Control) untuk dicocokkan dengan data yang telah di-setting sebelum alat bekerja.
"Pada layar sensor akan menunjukan hasil dari durian ini matang atau mentah untuk diketahui oleh pengguna alat," katanya.
Mahasiswa peraih nilai A dalam tugas akhirnya ini menyebutkan pengerjaan alat pendeteksi kematangan durian itu bekerja kurang lebih 3 menit untuk satu buah, karena setiap langkah butuh waktu sekitar 15-20 detik.
Ira Puspasari, dosen pembimbing Tyo mendukung untuk pengembangan inovasi dari alat pendeteksi kematangan durian karena dapat dimanfaatkan untuk membantu masyarakat khususnya penyuka durian.
"Kedepannya alat ini mampu dikemas lebih portable dan dikembangkan bukan hanya kematangan durian tetapi mampu mendeteksi jenis durian karena akurasi data dari alat sensor TG 2600 ini hampir mendekati 100 persen," katanya. (*)
Mahasiswa STIKOM Surabaya Ciptakan Alat Pendeteksi Durian
Kamis, 17 Maret 2016 22:19 WIB
Durian itu rentan terhadap kecurangan penjual dalam menentukan matang atau mentahnya durian dan alat ini diciptakan untuk membantu konsumen mengetahui tentang matang atau tidaknya durian