Pamekasan (Antara Jatim) - Pementasan seni dan budaya bertema "Semalam di Madura" di area Monumen Arek Lancor di Pamekasan, Jawa Timur, Sabtu malam mengambarkan kehidupan ekonomi masyarakat Madura.
Hampir semua jenis pementasan, terutama seni tari, yang dipentaskan dalam rangka memeriahkan festival Karapan Sapi Piala Bergilir Presiden RI di Pamekasan ini menggambarkan kehidupan ekonomi masyarakat Madura.
"Kami sengaja menampilkan semua jenis pementasan seni budaya Madura berkaitan dengan kehidupan ekonomi masyarakat Madura, agar masyarakat luar Madura mengetahui potensi ekonomi yang ada di Madura ini," kata panitia penyelenggara kegiatan ini dari unsur budayawan Yoyok R Effendi.
Yoyok yang juga anggota tim sembilan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Pamekasan ini menjelaskan, pementasan seni budaya Madura dengan menampilkan potensi ekonomi Madura ini diharapkan bisa menggugah kemajuan ekonomi masyarakat Madura melalui pendekatan budaya.
Tari tradisional Madura yang dipentaskan dalam pegelaran seni budaya "Semalam di Madura" itu antara lain, "Tari Rebbhang".
Tari ini dengan penata tari Elis Yuliana asal Pamekasan ini mementaskan delapan orang penari dan menggambarkan tentang usaha produksi kripik tangguk, yakni kripik berukuran besar dan merupakan kuliner khas Pamekasan.
Selanjutnya "Tari Buk Marliyah", yakni tari yang menggambarkan sosok perempuan Madura yang gigih dalam berusaha.
Tari asal Bangkalan dengan penata tari Sudaroso ini termasuk salah satu jenis tari yang mampu memukau hadirin, karena selain lincah, para penari perempuan yang berjumlah sembilan orang juga terkesan tampil lucu, karena memakai topeng lucu.
Berikutnya Tari Remoh Madura, yakni jenis tari yang menggambarkan kehidupan nelayan dan petambak garam di Pulau Madura dengan penata tari Sriana asal Kabupaten Sampang.
Sedangkan dari Kabupaten Sumenep, menampilkan "Tari Pajheng" yakni jenis tari yang menggambarkan kehidupan sosial dan kehidupan ekonomi masyarakat Pinggir Papas, Sumenep.
Tari dengan penata tari Agus Suharjoko ini juga menceritakan kehidupan masyarakat asal Bali yang tinggal di Sumenep setelah kalah perang dengan Kerajaan Sumenep dan diberi pengampunan oleh raja dengan bekerja sebagai petambak garam.
Konon asal mula garam Madura yang kini banyak diproduksi oleh masyarakat Madura kali ini berasal dari prajurit Bali yang kalah perang dan tinggal di Pinggir Papas, Sumenep.
"Pementasan seni budaya Madura pada acara 'Semalam di Madura' kali ini memang sangat luar biasa, dan terkesan lebih meriah dari acara tahun-tahun sebelumnya," kata budayawan Madura Kadarisman Sastrodiwirdjo.
Dadang sapaan karib budayawan yang juga mantan Wakil Bupati Pamekasan ini berharap, kedepan pementasan seni budaya Madura seperti bisa lebih meriah, sehingga akan mampu mengenalkan seni budaya Madura kepada masyarakat luas.
Di akhir pementasan, panitia menampilkan lakon Madura dengan cerita Kek Lesap, yakni sosok pria pemberani dan sering berbuat kriminal, namun pada akhir insaf dan menjadi orang yang beriman.
Pentas seni budaya dalam acara Semalam di Madura yang digelar di area monumen Arek Lancor, Minggu (31/1) malam itu mulai pukul 20.00 WIB dan berkahir pada pukul 22.00 WIB.
Ratusan personel polisi dari jajaran Polres Pamekasan, dikerahkan untuk mengamankan pementasan seni budaya tradisional Madura itu. (*)