Malang (Antara) - Para penerima tamu dalam prosesi wisuda ke-77 Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang digelar di UMM Dome, Sabtu, 100 persen ditangani puluhan "bule" yang seluruhnya mengenakan pakaian adat Jawa.
"Kami ingin ada warna internasional. Selain itu, agar bule-bule dari berbagai negara yang kini berstatus mahasiswa maupun dosen di UMM ini segera bisa beradaptasi dengan lingkungan dan budaya di UMM," kata Pembantu Rektor II, Fauzan, yang memiliki ide agar mahasiswa dan dosen asing lebih banyak dilibatkan dalam semua kegiatan yang produktif di kampus setempat.
Keterlibatan mahasiswa dan dosen asing itu juga sudah terlihat sejak Jumat (16/10) malam. UMM sengaja menggelar malam Seni dan Budaya (Maksidaya) setiap malam sebelum hari wisuda berlangsung.
Pada acara yang digelar Lembaga Kebudayaan UMM di helipad itu, mahasiswa dari berbagai negara, seperti Ukraina, Republik Ceko, Romania, Spanyol, Bulgaria dan Amerika Serikat, ikut mengambil peran dan menampilkan kesenian Indonesia.
Selain untuk menyambut keluarga wisudawan, kata Fauzan, maksidaya ini juga sebagai bagian dari kepedulian UMM terhadap pelestarian budaya Indonesia. Sedangkan mahasiswa asing yang dilibatkan ini akan menjadi bagian dari persiapan menyambut acara International Student Summit bulan depan.
Sementara itu Rektor UMM Prof Dr Muhadjir Effendi mengatakan UMM akan menjadi tuan rumah 4th International Student Summit yang menghadirkan ratusan mahasiswa asing yang sedang studi di Indonesia. Acara yang bekerja sama dengan Dirjen Dikti ini akan melibatkan mahasiswa asing di UMM untuk menjadi panitia dan menampilkan performan budaya.
Lulusan UMM yang diwisuda Sabtu (17/10) sebanyak 1.586 lulusan, baik dari jenjang diploma, sarjana strata 1 (S1), strata 2 (magister) maupun doktor (strata 3). Dalam satu tahun, UMM menggelar wisuda empat kali, sehingga rasio mahasiswa dan dosen mendekati ideal.
Setiap tahun UMM menerima mahasiswa baru rata-rata 6.000 orang yang tersebafi di berbagai jurusan. Dan, untuk menjaga posisi mendekati ideal rasio dosen dan mahasiswa, UMM menggelar wisuda empat kali dalam satu tahun.
Sementara itu Maksidaya yang digelar di helipad UMM itu juga menampilkan beragam seni dan budaya dari beberapa Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang ada di UMM.
Mahasiswa yang terlibat dalam pertunjukan seni dan budaya itu tidak hanya mahasiswa lokal, tetapi juga mahasiswa asing. Bahkan, Maksidaya dibuka oleh penampilan sembilan mahasiswa asing yang membawakan tarian Bedayan dari Jawa.
Mereka itu adalah Catarina Amaral dari Portugal, Markhabo Rihsibaevna dari Uzbekistan, Olena Fedak dan Tetiana Ishchenko dari Ukraina, Morgane Hebert dari Perancis, Martina Bartikova dari Republik Ceko, Adnan Kharrousheh dari Palestina, Maciej Hetmanczyk dari Polandia dan Fei Yao dari China.
"Kami berlatih kurang lebih 10 hari," ujar Catarina Amaral yang mengaku baru kali pertama membawakan tarian tradisional dari Jawa.
Awalnya, Catarina merasa sangat nervous, namun setelah selesai tampil, ia bersama teman-temannya menangis terharu dan mengaku sangat bahagia. Ke depannya, Catarina berharap dapat terus berlatih menari tarian tradisional dan mencoba hal baru.
"Jika ada kesempatan lagi, saya ingin menari tari tradisional dengan gerakan yang lebih menantang," tambahnya.
Kegiatan Maksidaya kali ini mengambil tema "Bangkitlah Pemuda Untuk Indonesia". Dan, setiap tahunnya, Maksidaya digelar empat kali sesuai dengan gelaran wisuda yang juga digelar empat kali dalam setahun.(*)