"Hingga akhir September kemarin baru mencapai Rp2,7 miliar dari target sebesar Rp3,4 miliar atau sekitar 86,76 persennya," ujar Kepala Dinas Pasar Kota Madiun, Gaguk Haryono, kepada wartawan, Sabtu.
Adapun penyumbang PAD tertinggi berada di Pasar Besar Madiun (PBM) yang prosentasenya mencapai sekitar 70 persen, sedangkan 30 persennya dari 16 pasar tradisional lain.
Sedangkan, penyumbang PAD terkecil, di antaranya sejumlah pasar tradisional yang berada di daerah pinggiran kota, seperti Pasar Manisrejo di Kelurahan Manisrejo dan Pasar Sono Keling di Kelurahan Nambangan Lor.
"Paling besar atau sekitar 70 persen pendapatan berasal dari Pasar Besar Madiun. Jadi dari retribusi toko mracang, konveksi, maupun kulinernya," kata dia.
Melihat dari potensinya, dari tahun ke tahun PAD Dinas Pasar mengalami peningkatan. Seperti tahun ini, pendapatan sektor retribusi pasar yang dibebankan kepada Dinas Pasar meningkat dibanding tahun 2014 lalu yang hanya Rp3 miliar.
Hal itu menyusul adanya penambahan tiga pasar yang mulai dioperasionalkan tahun ini setelah proses renovasi. Ketiga pasar tersebut adalah, Pasar Manisrejo, Pasar Winongo, dan Pasar Josenan.
"Dengan upaya-upaya tersebut, kami yakin target PAD dapat tercapai. Seperti dari tahun-tahun sebelumnya yang selalu terlampaui," tuturnya. (*)