Bangui, Republik Afrika Tengah (Antara) - Sepuluh orang tewas dan 38 lainnya terluka pada Sabtu (Minggu WIB) dalam kekerasan yang terjadi karena dipicu kematian seorang tukang ojek di ibu kota Republik Afrika Tengah, kata para saksi mata.
Kerusuhan tersebut meletus setelah seorang tukang ojek yang seorang Muslim, dibunuh karena alasan yang tidak diketahui, kata warga sehingga memicu bentrokan di lingkungan Bangui yang mayoritas Muslim atau dikenal sebagai PK-5. Sebagian besar korban mengalami luka tembak, menurut sumber rumah sakit.
Dalam menanggapi penembakan tersebut, pasukan penjaga perdamaian PBB dan tentara Prancis mengambil alih posisi-posisi di distrik yang merupakan pusat dari pertumpahan darah antara warga Kristen dan Muslim di Bangui antara kurun waktu 2013-2014.
Republik Afrika Tengah rusuh setelah kudeta 2013 yang menggulingkan pemimpin lama Francois Bozize, dan negara miskin tersebut tetap menjadi mangsa kekerasan antara pemberontak Muslim Seleka dan milisi Kristen "anti-Balaka" .
Pemerintah transisi mengutuk pertumpahan darah tersebut dengan mengatakan "kekerasan tidak berguna terjadi ketika Afrika Tengah pada umumnya dan khususnya kota Bangui merindukan terjadinya perdamaian dan keamanan".
Walaupun tingkat kekerasan telah turun secara signifikan di Afrika Tengah sejak tahun lalu, negara ini masih memiliki tingkat kejahatan yang tinggi didorong sebagian oleh akses mudah mendapatkan senjata-senjata yang tersisa dari konflik sektarian, demikian AFP. (*)