Trenggalek (Antara Jatim) - Festival kuda lumping bertema "Jaranan Turangga Yaksa" yang digelar Pemerintah Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur berlangsung meriah dan diikuti oleh puluhan peserta kategori dewasa maupun anak-anak.
Festival kesenian tradisional yang digelar selama tiga hari tiga malam berturut-turut mulai Kamis (27/8) hingga Sabtu (29/8) itu selalu menarik perhatian puluhan ribu penonton dari berbagai pelosok desa di daerah tersebut.
Menurut Bupati Trenggalek, Mulyadi WR, pagelaran atau festival jaranan turangga yaksa merupakan upaya pemerintah daerah bersama elemen paguyupan seni jaranan setempat dalam upaya melestarikan seni budaya tradisional.
"Pagelaran seni jaranan ini juga untuk mengingatkan kembali cerita rakyat tentang kemenangan warga Trenggalek dalam mengusir marabahaya serta keangkaramurkaan di alam semesta," kata Mulyadi di sela berlangsungnya festival jaranan yang dipusatkan di alun-alun Kota Trenggalek.
Pantauan Antara, festival yang digelar dalam dua sift waktu, yakni pagi-hingga siang serta sore hingga tengah malam tersebut dibagi dalam dua kategori.
Festival jaranan pada siang hari khusus diperuntukkan kelompok seni jaranan dari kategori pelajar atau kelompok usia di bawah 17 tahun.
Sementara untuk pagelaran malam hari diperuntukkan bagi kelompok seni jaranan yang sudah profesional atau kelompok umum, yang melibatkan sekitar 32 kelompok seni jaranan dari berbagai kecamatan di Trenggalek maupun luar daerah.
"Peserta fetival jaranan ini tidak hanya dari lokal Trenggalek saja, tetapi juga diikuti kelompok kesenian dari berbagai kota di Indonesia, mulai dari Solo, Yogyakarta, Palembang hingga Kalimantan," papar Mulyadi.
Terdapat beberapa jenis jaranan yang diperlombakan, antara lain jaranan senterewe, jaranan pegon, serta jaranan khas Trenggalek 'Turangga Yaksa'.
Setiap penampilan yang dimainkan masing-masing kelompok peserta dinilai oleh tiga anggota tim juri yang merupakan pakar kesenian daerah dari beberapa lembaga universitas ternama serta budayawan.
Seni tari jaranan, khususnya jaranan turangga yaksa, merupakan salah satu ikon budaya asli Trenggalek.
Dalam sejarahnya, istilah turangga yaksa berasal dari kegiatan ritual yang biasa dilakukan warga Kecamatan Dongko.
Tarian tersebut menceritakan tentang kemenangan warga dalam mengusir marabahaya dan keangkaramurkaan yang adai di desanya,
Kesenian jaranan turangga yaksa bisanya digelar pada saat bulan Suro dalam penagggalan Jawa, sementara untuk pelaksanaannya ditentukan oleh pawang atau sesepuh desa.
"Untuk mempelajari tarian daerah ini tidaklah mudah. Setidaknya membutuhkan waktu tiga bulan agar bisa tampil dengan baik," ujar Arda Lugura, salah seorang pementas kesenian Jaranan asal Kecamatan Pogalan. (*)
Festival Jaranan "Turangga Yaksa" Trenggalek Meriah
Sabtu, 29 Agustus 2015 21:18 WIB
"Pagelaran seni jaranan ini juga untuk mengingatkan kembali cerita rakyat tentang kemenangan warga Trenggalek dalam mengusir marabahaya serta keangkaramurkaan di alam semesta," kata Mulyadi di sela berlangsungnya festival jaranan yang dipusatkan di alun-alun Kota Trenggalek.