Tulungagung (Antara Jatim) - Sejumlah pengusaha konveksi di Kabupaten Tulungagung mulai melirik potensi pengembangan pangsa pasar produk pakaian jadi hasil industri mereka di Pasar "Induk" Turi, Surabaya, Jawa Timur, sebagai upaya meningkatkan kembali penjualan yang sempat menurun.
"Satu-satunya jalan untuk mendongkrak penjualan produk konveksi adalah dengan memperluas pemasaran, salah satunya dengan membuat stan produk di Pasar Turi Baru, Surabaya," kata salah satu pengusaha konveksi Tulungagung, Andrianto di Tulungagung, Kamis.
Ia berharap, pemilihan lokasi pemasaran di Surabaya memberi dampak positif terhadap penjualan produk konveksi mereka.
Selain menjadi pasar induk yang menjadi "barometer" pedagang dari berbagai daerah bahkan lintasprovinsi, lokasi Pasar Turi Baru dinilai sangat strategis karena dekat dengan pelabuhan.
Pembuatan stan khusus produk konveksi dari Tulungagung diharapkan bisa mempermudah proses pemasaran dan promosi.
Selain mendekatkan langsung dengan konsumen atau pelanggan yang berada di Surabaya atau dari sekitarnya, distribusi ke luar pulau juga lebih gampang karena semua pilihan angkutan tersedia, mulai darat, laut maupun udara.
Dengan begitu, kata Ardianto, para pelanggan tidak harus berbelanja ke Jakarta melainkan cukup di Surabaya.
"Diharapkan dengan bertemunya produsen dengan konsumen ke depannya bisa mendongkrak lesunya perekonomian yang sekarang ini melanda para pengusaha konveksi," ujarnya.
Senada Andrianto, gagasan serupa disampaikan pengusaha konveksi jenis pakaian muslim, M Ali Said.
Ia mengatakan, target riil pengembangan pasar yang bisa dilakukan adalah dengan mengembalikan omzet hingga 100 persen, seperti tahun lalu.
Ali menggambarkan, saat ini omzet penjualan konveksi mereka mengalami penurunan antara 30 hingga 50 persen.
"Baru pada tahun ini pendapatan menurun drastis, terutama enam bulan terakhir. Kami tidak tahu betul apa masalahnya, tapi ini sepertinya terjadi di semua sektor," ujarnya.
Awalnya Ali menyangka tren penurunan omzet produksi hanya dialami kalangan industri konveksi maupun produk turunannya.
"Perekonomian nasional sepertinya memang mengalami perlambatan, dan itu memukul langsung sektor industri kecil seperti kami," ujarnya.
Ali yang memiliki industri aneka produk busana muslim, baik untuk anak-anak, dewasa pria dan wanita ini mengaku omzet produksinya turun sekitar 60 persen.
Jika tahun-tahun sebelumnya rata-rata omzet kapital yang ia putar untuk usaha mencapai sekitar Rp1,5 miliar hingga Rp2 miliar per tahun, pada periode 2015 ini ia perkirakan tinggal sekitar Rp600 juta hingga Rp700 jutaan per tahun.
Selain faktor ekonomi makro di tanah air yang memang lesu, lanjut Ali, momentum ramadan dan lebaran yang bersamaan dengan tajun ajaran baru sekolah ikut memperburuk kondisi pasar konveksi yang telah mengalami penurunan.
"Tahun lalu saat menjelang Ramadan seperti sekarang, dari 20 ribu produk konveksi yang kami hasilnya masih terserap sekitar 12 ribuan. Sisa 8.000-an helai sisa tahun lalu kami tambah produk baru sekitar 2.000 sehingga total ada 10 ribuan, sekarang, yang terserap pasar bahkan tidak sampai 4.000. Kondisi ini benar-benar parah," keluhnya. (*)
Pengusaha Konveksi Tulungagung Lirik Pasar Turi Surabaya
Kamis, 11 Juni 2015 19:28 WIB
"Satu-satunya jalan untuk mendongkrak penjualan produk konveksi adalah dengan memperluas pemasaran, salah satunya dengan membuat stan produk di Pasar Turi Baru, Surabaya," kata salah satu pengusaha konveksi Tulungagung, Andrianto di Tulungagung, Kamis.