Pengusaha Konveksi Tulungagung Kebanjiran Order Seragam Sekolah
Rabu, 6 Juli 2011 21:09 WIB
Tulungagung - Pengusaha konveksi di Kabupaten Tulungagung mulai kebanjiran pesanan seragam sekolah, dengan angka kenaikan rata-rata mencapai 100 persen.
Pengusaha konveksi asal Desa Gedangsewu, Kecamatan Boyolangu, Eko Rastiko (60), Rabu, mengatakan, lonjakan pesanan sebenarnya telah mereka rasakan sejak dua minggu lalu bersamaan dengan mulainya penerimaan siswa baru sekolah-sekolah.
"Sejak dua minggu lalu pesanan sudah mulai naik. Seperti biasa, momentumnya bersamaan dengan pendaftaran siswa baru," tuturnya.
Eko menjelaskan, sebenarnya pesanan yang datang menjelang tahun ajaran baru ini mencapai 100 persen dari jumlah produksi normal, yaitu 500 potong seragam/hari.
Namun karena keterbatasan tenaga kerja dan alat produksi, Eko mengaku hanya mengambil setengah dari seluruh kenaikan pesanan yang ada.
"Sebenarnya kenaikan pesanan yang masuk mencapai 100 persen dari produksi normal. Tapi karena keterbatasan tenaga dan alat, saya pilih memaksimalkan apa yang ada," ujarnya.
Dari seluruh jenis seragam dari SD hingga SMA, seragam pramuka sepertinya paling banyak diminati pembeli. Sementara untuk seragam jenis batik SD, jumlah pesanan relatif sedikit.
Eko menduga, kenaikan permintaan tersebut akan terus terjadi hingga pertengahan bulan Juli mendatang. "Mungkin kalau anak-anak sudah masuk sekolah pesanan akan kembali normal seperti semula, karena kebutuhan seragam sekolah merupakan fenomena tahunan yang selalu terulang" ujarnya.
Sayang, kenaikan pesanan tersebut juga diikuti kenaikan bahan baku kain ospot. Bila sebelumnya harga jenis kain ini hanya berkisar Rp450 ribu/gulung, kini melonjak antara 30 persen hingga 40 persen lebih mahal.
Kondisi itulah yang menyebabkan pengusaha konveksi seperti Eko tidak sepenuhnya menikmati kenaikan produksi.
"Ada kenaikan harga bahan baku antara 30 hingga 40 persen, sehingga tidak bisa meraup untung sepenuhnya dari kenaikan pesanan yang masuk. Mungkin akibat kenaikan pesanan, naik pula permintaan bahan baku dan memicu kenaikan harga jual," ungkapnya.
Saat ditanya kualitas seragam hasil produksi Tulungagung, Eko berani menjamin pasarnya sangat terbuka luas dan bisa diadu dengan produk dari daerah lain.
Menurutnya, produk Tulungagung hanya mempunyai saingan dari Solo dan Surabaya sehingga pasar Jawa Timur praktis tidak banyak saingan.
"Produksi Tulungagung hanya punya saingan utama dari Surabaya, dan Solo. Jadi kalau bicara pasar, seragam dari Tulungagung sangat potensial menguasai pasar," tegasnya.
Sebagai bukti, Eko menunjukkan sejumlah pesanan yang berasal dari sejumlah kota di Jawa Timur, seperti Madiun, Ponorogo, Sidoarjo, Kediri, serta Blitar.
Sedangkan untuk pasar luar pulau, produk yang mematok harga produsen antara Rp 18 ribu hingga Rp 25 ribu ini menjangkau Samarinda, Banjarmasin, dan Denpasar.*