Oleh Benardy Ferdiansyah Jakarta (Antara) - Berdasarkan laporan Bank Dunia, Indeks Kinerja Logistik Indonesia pada 2014 menempati posisi ke-53 dengan biaya logistik sebesar 24,6 persen dari \"Gross Domestic Product\" (GDP). Indonesia menjadi negara ASEAN yang memiliki biaya logistik tertinggi jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga terdekatnya, antara lain Singapura, Malaysia, dan Thailand. Selanjutnya, berdasarkan hasil studi Indonesia Maritime Reform Strategy 2014 oleh perusahaan konsultan manajeman, McKinsey and Company, diperoleh data bahwa dengan melakukan pengalihan penggunaan moda transportasi darat ke laut berpotensi untuk mengurangi biaya logistik sebesar 1,5 persen dari GDP. Menurut Direktur Utama PT Pelabuhan Tanjung Priok, Ari Henryanto, sebagai salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, saat ini Indonesia justru masih lebih banyak menggunakan moda transportasi darat dibandingkan dengan moda transportasi laut. \"Sebagai contoh, untuk angkutan barang Jakarta-Surabaya, saat ini sekitar 90 persen menggunakan angkutan darat dan hanya 4 persen yang menggunakan angkutan laut,\" ucap Ari dalam \"Press Conference Program Paket Promosi Jakarta-Surabaya, Surabaya-Jakarta\", di Jakarta, Kamis (12/3). Keadaan tersebut, menurut Ari, berbanding terbalik dengan negara-negara kepulauan lainnya, salah satunya Jepang, karena pendistribusian barang di sana justru lebih mengoptimalkan penggunaan moda transportasi laut dibandingkan darat. \"Hal tersebut dapat terlihat dari pola distribusi barang dari Tokyo ke Miyagi yang berjarak sekitar 720 kilometer, sekitar 44 persen dilakukan melalui darat, sedangkan 51 persen menggunakan transportasi laut,\" tuturnya. Selain itu, lanjut Ari, upaya untuk lebih banyak menggunakan moda transportasi laut sebagai moda alternatif untuk distribusi barang tidak hanya terjadi pada negara kepulauan saja, tetapi juga telah menjadi tren di beberapa negara maju lainnya, seperti di Belgia. \"Di Pelabuhan Antwerp, Belgia, distribusi barang ke area \'hinterland\' pelabuhan secara bertahap dialihkan dari yang semula menggunakan moda transportasi darat sebesar 56 persen pada 2014 akan diturunkan menjadi 43 persen pada 2020 dalam rangka mengurangi kepadatan di jalan raya dan menciptakan biaya logistik yang lebih murah melalui \'economic of scale\' yang dapat dihadirkan oleh transportasi laut,\" tuturnya. Promosi Angkutan Laut Ari mengatakan, dalam rangka mendukung program pemerintah di bidang maritim, mengurangi beban angkutan di darat serta menurunkan biaya logistik, maka PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II bersama-sama dengan PT Pelindo III berinisiatif untuk bersinergi mempromosikan angkutan laut melalui \"Paket Promosi Angkutan Laut Jakarta-Surabaya-Jakarta\". \"Dengan paket promosi tersebut, diharapkan distribusi barang Jakarta-Surabaya atau sebaliknya yang saat ini sekitar 90 persen masih menggunakan moda transportasi darat dapat secara bertahap beralih ke transportasi laut,\" ujarnya. Menurut dia, paket tersebut merupakan paket layanan \"terminal to terminal\" yang dihadirkan dengan harga maupun waktu tempuh yang cukup kompetitif, jika dibandingkan dengan moda transportasi darat seperti truk maupun kereta api. \"Harga yang ditawarkan melalui paket promosi tersebut sebesar Rp2 juta untuk pengiriman kontainer berukuran 20 feet (ft),\" ucapnya. Biaya tersebut sudah meliputi biaya pengapalan dan biaya di terminal asal maupun bongkar muat sampai dengan kontainer di atas truk berikut biaya penumpukan masa satu atau hari pertama sampai ketiga tidak dikenakan tarif jasa penumpukan, terangnya. Program paket promosi tersebut, kata Ari juga didukung oleh lima perusahaan pelayaran nasional, yaitu PT Meratus Line, PT Salam Pacific Indonesia Line, PT Caraka Tirta, PT Tanto Intim Line, dan PT Tempuran Emas Line. Jadwal Rutin Keberangkatan Ari menuturkan, untuk memberikan kepastian kepada pemilik barang dalam pelaksanaan program paket promosi ini, baik pihak pelabuhan maupun kelima perusahaan pelayaran sama-sama berkomitmen memberikan kepastian pengoperasian kapal dengan jadwal rutin serta kepastian lokal penyandaran di terminal pelabuhan. \"Paket tersebut akan menjadi salah satu alternatif pilihan pengguna jasa atau pemilik barang dalam melakukan kegiatan pendistribusian barangnya dengan harga yang sangat kompetitif,\" ujarnya. Menurut dia, mengingat saat ini sebagian besar distribusi barang dari Jakarta ke Surabaya dan sebaliknya masih banyak menggunakan moda transportasi darat, maka untuk tahap awal jadwal rutin mingguan yang tersedia sebagai berikut. Pertama dari PT Tantom Line yang mempunyai jadwal berangkat dari Jakarta setiap Selasa, sampai di Surabaya pada Kamis dan berangkat dari Jakarta setiap Sabtu kemudian sampai Surabaya pada Senin. Selanjutnya yang kedua dari PT Tempuran Emas Line, memiliki jadwal berangkat dari Jakarta setiap hari Minggu, sampai di di Surabaya pada Senin, selanjutnya berangkat Surabaya pada Jumat dan sampai di Jakarta pada Sabtu. Kemudian, ketiga dari PT Salam Pacific Indonesia Lines yang jadwal berangkatnya dari Jakarta setiap 8 sampai 10 hari sekali. Keempat adalah PT Meratus Lines yang mempunyai jadwal berangkat dari Jakarta setiap Rabu dan sampai di Surabaya pada Kamis. Selanjutnya yang terakhir PT Caraka Tirta, memiliki jadwal berangkat dari Jakarta pada Sabtu kemudian sampai di Surabaya pada Senin dan jadwal dari Surabaya ke Jakarta setiap 12 hari sekali. Ari menuturkan, apabila program tersebut dapat terealisasi dengan baik serta mendapat dukungan pemerintah terutama terkait harga BBM, maka ke depan akan dimungkinkan untuk dapat disediakannya jadwal layanan kapal yang lebih banyak dan rutin. \"Ini harus melibatkan pelabuhan-pelabuhan lainnya seperti Semarang, Panjang (Lampung), dan Palembang yang tentunya dikemas dalam paket promosi yang berbeda, namun terintegrasi,\" tukasnya. Ia berharap, melalui pelaksanaan progaram paket tersebut, dapat memberikan pemahaman yang lebih baik kepada masyarakat mengenai moda transportasi laut, khususnya jasa kepelabuhanan. \"Sehingga penggunaan transportasi darat yang selama ini mendominasi pola distribusi barang di Indonesia, sedikit demi sedikit dapat dialihkan ke transportasi laut untuk menurunkan biaya logistik serta meningkatkan perekonomian dan daya saing produk Indonesia melalui pendayagunaan laut,\" ucap Ari.(*)
Berita Terkait
Menanti era baru universitas riset
13 jam lalu
Memahami spektakel penyelamatan uang negara
27 Desember 2025 11:07
"Islah" PBNU dan pelajaran era digital jelang abad kedua NU
27 Desember 2025 10:10
Paradoks multilateralisme 2025
26 Desember 2025 19:50
Bertamu ke rumah orang utan liar Kalimantan
26 Desember 2025 17:00
