BPBD Ngawi Periksa Kelayakan Alat Deteksi Banjir
Jumat, 5 Desember 2014 18:19 WIB
Ngawi (Antara Jatim) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, memeriksa kelayakan sejumlah alat deteksi dini atau "early warning system" (EWS) bencana banjir yang terpasang di aliran Sungai Bengawan Solo dan Bengawan Madiun, guna mengantisipasi banjir di wilayah setempat.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Ngawi, Eko Heru Cahyono, Jumat, mengatakan, pemeriksaan tersebut bertujuan untuk mengetahui kondisi alat apakah layak pakai atau rusak.
"Pemeriksaan itu untuk mengetahui kesiapan fungsi EWS. Maksudnya, jika terjadi banjir, masyarakat dapat mendengar sirene yang dikeluarkan alat sebagai tanda peringatan dini akan terjadi banjir sehingga warga segera mengungsi ke tempat yang aman," ujar Eko Heru kepada wartawan.
Menurut dia, terdapat tujuh titik rawan banjir yang dipasangi alat ESW banjir oleh Jasa Tirta I. Di antaranya di titik jembatan Dungus, Ketanggi, Klitik, Kendung, Purwosari, Simo, dan Kwadungan.
Hasil pemeriksaan diketahui, alat pendeteksi banjir yang telah dipasang saat ini kondisinya cukup baik. Pihak BPBD akan terus melakukan pemantauan baik terhadap kesiapan EWS sendiri maupun masyarakat sekitarnya.
"BPBD juga mengimbau Perum Jasa Tirta I selaku pemasang alat untuk lebih aktif dalam menangani EWS di wilayahnya, terutama di daerah rawan banjir," kata Heru.
Ia menjelaskan, sebelumnya sejumlah EWS sempat mengalami kerusakan. Hal itu karena tidak adanya perawatan alat dari pihak terkait.
Untuk mengetahui bahaya banjir, petugas dari Dinas Pengairan dan BPBD Ngawi terus memantau ketinggian air di pertemuan sungai Bengawan Madiun dan Bengawan Solo yang melintas di wilayah setempat.
Selain itu, BPBD Ngawi juga telah menyiagakan petugas yang siap diterjunkan dalam penanganan banjir. Sejumlah perahu karet, pelampung, dan keberadaan dapur umum juga sudah disiapkan di daerah rawan banjir, seperti di Kecamatan Kwadungan, Pitu, Ngawi, dan Geneng.
Pemerintah kabupaten setempat juga terus melakukan sosialisasi guna mengantisipasi bencana ke masyarakat terutama yang tinggal di wilayah rawan bencana. Sosialisasi tidak hanya bencana banjir namun juga tanah longsor dan angin kencang yang sering terjadi saat musim hujan. (*)