Alat Deteksi Dini Banjir di Ngawi Rusak
Minggu, 29 Januari 2012 8:39 WIB
Ngawi - Alat pendeteksi dini untuk memantau bencana banjir yang terpasang di aliran Sungai Bengawan Solo dan Bengawan Madiun yang ada di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, rusak hingga tidak dapat berfungsi.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Ngawi, Eko Heru Cahyono, Minggu, mengatakan setidaknya ada lima dari delapan EWS di bantaran Sungai Bengawan Solo dan Bengawan Madiun yang ada di wilayah Kabupaten Ngawi mengalami kerusakan.
"Sejumlah alat yang rusak tersebut, antara lain terdapat di wilayah rawan banjir seperti Kecamatan Pitu, Ngawi, Geneng, Kwadungan, dan Pangkur. Kami sudah melakukan koordinasi dengan Dinas Pengairan untuk segera memperbaiki alat tersebut," ujar Eko saat dihubungi.
Menurut dia, kerusakan diduga terjadi karena tidak adanya perawatan alat dari pihak terkait. Pihak BPBD hanya melakukan pemeriksaan ke lokasi dan belum melakukan perbaikan.
Pihaknya juga telah melapor dan merekomendasikan perbaikan alat yang rusak tersebut ke dinas terkait dan BPBD Provinsi Jawa Timur, namun hingga kini belum ada realisasi.
"Hal ini sangat beresiko, mengingat Kabupaten Ngawi merupakan daerah rawan banjir. Terlebih saat musim hujan seperti saat ini, ketika debit air Sungai Bengawan Solo sangat naik-turun. Kami terus melakukan koordinasi agar alat tersebut segera diperbaiki," kata dia.
Untuk mengetahui bahaya banjir, petugas dari Dinas Pengairan dan BPBD setempat terus memantau ketinggian air di pertemuan sungai Bengawan Madiun dan Bengawan Solo yang melintas di wilayah setempat. Sejauh ini, ketinggian air rata-rata masih sekitar 6,5 meter dari dasar sungai atau status siaga I.
Selain itu, BPBD Ngawi juga telah menyiagakan 70 petugas yang siap diterjunkan dalam penanganan banjir. Puluhan petugas tersebut disebar di 19 kecamatan yang ada di Ngawi.
"Sejumlah perahu karet, pelampung, dan puluhan karung pasir juga sudah disiapkan di daerah rawan banjir, seperti di Kecamatan Kwadungan, Pitu, Ngawi, da Geneng," katanya.
Pemerintah kabupaten setempat juga terus melakukan sosialisasi guna mengantisipasi bencana ke masyarakat terutama yang tinggal di wilayah rawan bencana, tidak hanya bencana banjir namun juga tanah longsor dan angin kencang. (*)