Lumajang (Antara Jatim) - Gula milik petani di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, yang menumpuk karena tidak terjual akibat harga sangat murah kini mencapai 12.500 ton. "Ini belum gula yang milik Pabrik Gula Jatiroto yang juga belum terjual. Kami tidak menjual gula itu karena harganya sangat murah, di bawah Rp8.000 per kilogram," kata Sekretaris Himpunan Petani Tebu Rakyat (HPTR) Lumajang Budhi Susilo di Lumajang, Senin. Ia menjelaskan bahwa pada Senin siang perwakilan petani, pengurus koperasi unit desa dan manajemen Pabrik Gula Jatiroto Lumajang mengadakan kegiatan dalam wadah Forum Temu Kemitraan guna membahas masa depan gula yang terus menumpuk itu. "Karena sifatnya temu kemitraan, maka tidak ada pengambilan keputusan apapun terkait harga gula ini. Kami masih menunggu lelang Jumat (21/11) depan di Surabaya. Kami sudah melunak mengenai harga, asal bisa di atas Rp8.100 saja mungkin bisa kami lepas. Tapi kalau di bawah Rp8.000 bagi kami berat," katanya. Beberapa waktu lalu juga diadakan lelang gula di Surabaya, namun penawaran tertinggi hanya Rp7.875. Karena itu petani tetap enggan melepas gula mereka dan berharap harga bisa mencapai Rp8.500. Namun, kini petani melunak dan tidak mengejar harga Rp8.500 itu. Budhi mengatakan bahwa petani berharap agar ke depan gula kembali ditangani oleh Bulog, sebagaimana di Zaman Orde Baru. Dengan demikian, maka para mafia gula akan kesulitan untuk memainkan harga yang kini membuat petani merugi. "Dengan ditangani oleh Bulog kembali, maka harga gula akan stabil dan masa depan industri gula akan kembali baik. Kalau seperti ini terus, pabrik-pabrik gula nanti bisa tutup karena petani sudah enggan menanam tebu," katanya. Saat ini, katanya, beberapa petani di Lumajang sudah ada yang beralih menanam pohon untuk ladang tebunya. Selain sebagai bentuk protes karena pemerintah belum bisa berperan membantu petani menaikkan harga gula, langkah itu dilakukan petani karena jangka panjang akan lebih menguntungkan. "Kalau semua petani sudah mengganti tanaman tebu mereka dengan tanaman pohon atau menjadi kebun jeruk, maka pabrik gula mau dapat pasukan tebu dari mana? Petani kan realistis saja untuk menghidupi keluarga," katanya. (*)
Gula Petani tidak Terjual Mencapai 12.500 Ton
Senin, 17 November 2014 15:49 WIB