Berburu Sate Ayam Ponorogo di "Bumi Reog"
Jumat, 29 Agustus 2014 9:57 WIB
Ponorogo - Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, tidak hanya terkenal dengan kesenian Reognya. Wilayah tersebut juga dikenal dengan salah satu kuliner khasnya, yakni sate ayam Ponorogo.
Sentra kuliner sate ayam Ponorogo terdapat di Gang Sate, Kelurahan Nologaten, Ponorogo. Sebetulnya, gang tersebut bernama Jalan Lawu. Namun karena sepanjang gang tersebut terdapat warung sate, maka disebutlah Gang Sate.
Berbicara soal sate ayam Ponorogo, tentu yang paling terkenal adalah Sate Ayam Ponorogo Tukri Sobikun. Bahkan sangking enaknya, generasi pertama pemilik warung tersebut pernah diundang ke Istana Merdeka untuk memenuhi pesanan sate Presiden Soekarno.
Generasi ketiga pemilik sate ayam Ponorogo Tukri Sobikun, Siti Amini, mengatakan, tradisi diundang kepala negara masih berlanjut hingga kini. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan keluarga juga pernah mampir saat pulang ke kampung halamannya di Pacitan. Bahkan, Presiden Terpilih Joko Widodo juga pernah mampir saat berkunjung di wilayah Ponorogo dan sekitarnya.
"Alhamdulillah, banyak yang suka. Sampai presiden juga suka makan sate ayam Ponorogo Tukri Sobikun," ungkap Siti Amini sambil tersenyum.
Menurut Siti, selain menggunakan daging ayam pilihan, rahasia kelezatan sate ayam yang telah dirintis sejak tahun 1950 itu terletak pada penggunaan rempah-rempah saat pengolahan. Baik pada bumbu satenya, maupun pada daging ayamnya.
"Semuanya menggunakan rempah-rempah asli. Bahkan, dengan rempah-rempah tersebut, sate kami bisa bertahan hingga beberapa hari," kata dia.
Ia menjelaskan, daging ayam yang telah disate dibumbui dulu dengan berbagai rempah, seperti bawang putih, bawang merah, ketumbar, dan lain-lain. Setelah itu baru dibakar.
"Saat membakarnya, daging dicelupkan ke larutan gula jawa yang tidak terlalu kental. Setelah tiga kali dicelupkan, dan daging sudah kuning kemerahan baru diangkat dan dibakar," terangnya.
Dengan cara masak seperti itulah sate yang diproduksinya bisa tahan sampai dua sampai lima hari tanpa rusak. Dalam satu hari, warung sate ayamnya bisa membakar sampai 3 kuintal daging ayam atau sekitar 7.500 tusuk sate.
Jumlah tersebut bisa bertambah pada saat hari raya keagamaan ataupun liburan sekolah. Sebab, pada saat-saat seperti itu, warungnya selalu penuh dengan para pelanggan dari berbagai daerah. Tidak hanya untuk dimakan di tempat. Produksi satenya juga untuk memenuhi pesanan keluar kota, seperti jasa katering.
Salah satu pembeli dari Lamongan, Sri Hariati, mengaku "tergila-gila" dengan sate ayam Ponorogo Tukri Sobikun. Wanita paruh baya itu selalu "berburu" sate ke Ponorogo saat pulang kampung di Kota Madiun.
"Sate ayam Ponorogo Tukri Sobikun lebih manis dan lezat. Selain itu daging ayamnya lebih tebal, sehingga puas saat menggigitnya," kata dia.
Satu porsi sate ayam Ponorogo Tukri Sobikun berisi 10 tusuk sate dan sepiring lontong dijual seharga Rp15.000 saja. Penasaran dengan rasanya, silakan "memburunya" ke Gang Sate saat berkunjung ke Ponorogo. Dijamin ketagihan ingin makan lagi dan lagi. (*)