Harga Rendah Berpotensi Rugikan Petani-Produsen Gula
Rabu, 11 Juni 2014 18:25 WIB
Surabaya (Antara Jatim) - Para petani tebu dan produsen gula berpotensi mengalami kerugian pada musim giling tahun ini menyusul rendahnya harga gula akibat melimpahnya stok dan terjadinya rembesan gula rafinasi di pasar bebas.
Sekretaris Perusahaan PT Perkebunan Nusantara XI Adig Suwandi ketika dihubungi Antara di Surabaya, Rabu, menjelaskan bahwa harga lelang gula yang telah berlangsung di sejumlah tempat beberapa pekan terakhir hanya terbentuk harga sekitar Rp8.500 per kilogram.
"Kalau harga yang terbentuk sebesar itu, sudah jelas petani berpotensi mengalami kerugian. Saat ini, biaya pokok produksi gula sudah mencapai sekitar Rp8.791 per kilogram akibat naiknya beberapa komponen produksi, seperti sewa lahan dan ongkos buruh tebang angkut," katanya.
Harga lelang pada awal musim giling tersebut juga hanya lebih tinggi Rp250 daripada harga patokan petani (HPP) yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp8.250 per kilogram.
"Melihat berbagai situasi yang terjadi saat ini, harga gula sulit diprediksi. Selama gula rafinasi dikendalikan dengan baik, harga gula lokal akan aman-aman saja. Namun, kalau rafinasi dibiarkan merembes ke pasar bebas, ya, payah," ujar Adig.
Pada tanggal 5 Juni lalu, Pabrik Gula Kanigoro di lingkungan PTPN XI mengadakan lelang sebanyak 5.000 ton gula, tetapi kemudian dibatalkan karena harga penawaran tertinggi pada lelang yang diikuti 13 perusahaan hanya Rp8.500 per kilogram.
Dua hari sebelumnya, tender gula petani yang dilakukan Pabrik Gula Madukismo, Yogyakarta, juga hanya terbentuk harga relatif cukup rendah Rp8.521 per kilogram.
"Penyebab harga stabil rendah, antara lain masih banyaknya stok di gudang-gudang pabrik karena rendahnya serapan pasar. Hingga kini, setidaknya masih ada sekitar 800.000 ton gula hasil giling 2013 yang belum terjual," tambah Adig Suwandi.
Ia menambahkan bahwa harga yang kurang kondusif dan menguntungkan bisa berdampak terhadap menurunnya animo petani dalam menanam tebu pada musim berikutnya.
"Petani hanya akan mempertahankan tanaman keprasan dengan budi daya seadanya, jauh dari praktik budidaya terbaik sehingga bisa menyeret produktivitas lebih buruk pada tahun depan. Petani juga tidak dapat diharapkan melakukan ekspansi areal," ujarnya.
Sebelumnya, Direktur Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) Aris Toharisman mengemukakan bahwa harga lelang gula pada tahun ini kemungkinan akan sulit mencapai lebih dari Rp9.000 per kilogram karena pengaruh stok gula yang masih menumpuk.(*)