Surabaya (Antara Jatim) - Wakil Dubes AS Kristen Bauer menyerahkan alat deteksi penyakit tuberkulosis ekstra-cepat sumbangan Badan Pembangunan Internasional AS (USAID) dan perusahaan teknologi medis "Becton, Dickinson and Company" (BD) di Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Surabaya, Selasa. "Bantuan ini merupakan kerja sama yang baik antara pemerintah dan kalangan swasta di AS, kerja sama antara pemerintah AS melalui USAID dengan BD selaku perusahaan AS, dalam memberantas tuberkulosis di dunia," katanya dalam acara yang juga dihadiri Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP dan PL) Kemenkes Prof dr Tjandra Yoga Aditama. Didampingi Wakil Presiden BD Asia Tengah, May Kwai Cheong, mantan Konsul Jenderal AS di Surabaya itu menjelaskan bantuan alat laboratoris dan pendampingan petugas BBLK senilai 90 juta dolar AS itu merupakan upaya mencegah dan mengobati tuberkulosis dengan memanfaatkan kemajuan teknologi medis dengan diagnostik yang akurat, cepat, dan berstandar dunia. "Ini (pemanfaatan teknologis medis untuk laboratorium kesehatan) merupakan kesempatan yang baik untuk meningkatkan kemitraan antara Indonesia dan Amerika serta meningkatkan komitmen untuk menanggulangi tuberkulosis di Indonesia guna menyelamatkan jiwa dan mencegah puluhan ribu kasus tuberkulosis lainnya," katanya. Senada dengan itu, Wakil Presiden BD Asia Tengah, May Kwai Cheong, mengatakan BD memiliki pengetahuan dan teknologi untuk memerangi tuberkulosis, karena itu pihaknya ingin berperan dalam program kerja sama antara Amerika dan Indonesia berupa program anti-TB (anti-tuberkulosis). "Kami akan mengembangkan hingga 17-20 laboratorium di Indonesia yang akan memiliki peralatan dan sumber daya yang mampu bekerja untuk melakukan uji kerentanan obat menggunakan kultur TB," katanya. Sementara itu, Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP dan PL) Kemenkes , Prof dr Tjandra Yoga Aditama, mengharapkan alat deteksi TB bantuan pemerintah dan swasta dari AS itu akan memberi kontribusi pada penurunan angka penderita TB yang selama ini sudah turun. "Secara teknis, sampel TB yang selama perlu waktu dua bulan untuk mengetahui hasil uji laboratoris, maka dengan alat baru itu akan diketahui hasil ujinya hanya dalam waktu dua jam, jadi esktra-cepat," katanya. Alat canggih yang disebut Genexpert (Xpert MTB/RIF) seharga 90 ribu dolar AS itu mampu melakukan pendeteksian kuman Mycobacterium Tuberculosis bisa dilakukan dalam waktu dua jam atau lebih cepat dibandingkan dengan uji kepekaan konvensional yang memerlukan waktu berbulan-bulan. Tentang alasan penempatan lokasi alat deteksi TB terbaru di BBKL Surabaya itu, ia mengatakan hal itu tidak ada kaitannya dengan jumlah penderita TB di Surabaya atau Jatim, melainkan posisi BBKL Surabaya sebagai rujukan untuk kawasan timur. "Jadi, BBKL Surabaya itu akan menjadi rujukan, apalagi BBKL Surabaya tergolong bagus dan paling bersejarah, karena dibangun pada tahun 1917 atau zaman Belanda. Saat ini, ada tujuh laboratiorum rujukan untuk TB dan rencananya akan kita kembangkan hingga 17-20 laboratorium TB rujukan pada tahun 2015," katanya. Ia menambahkan angka kejadian TB sudah menurun dari 343 kejadian per-100.000 orang pada tahun 1990 menjadi 185 kejadian per-100.000 orang pada 2013, sedangkan angka kematian akibat TB juga sudah menurun dari 92 kejadian per-100.000 orang (1990) menjadi 46 kejadi per-100.000 orang (2013). "Temuan kejadian TB dan penderita TB yang dapat disembuhkan juga sudah melampaui target yakni temuan kejadian ditargetkan 70 persen tapi tercapai 78 persen, sedangkan penderita TB yang dapat disembuhkan ditargetkan 80 persen tapi tercapai 90,5 persen," katanya. (*)
Wakil Dubes AS Serahkan Alat Deteksi Tuberkulosis Ekstra-Cepat
Selasa, 11 Februari 2014 18:51 WIB