Surabaya (Antara Jatim) - "Saya akan kembali ke Indonesia dengan syarat," kata Umi Chung, tenaga kerja wanita (TKW) asal Indonesia yang bekerja di Hong Kong selama 25 tahun, saat ditemui Antara di Bandara Internasional Hong Kong (HKG) beberapa waktu lalu. Syarat yang diminta wanita yang berumur sekitar 45 tahun ini adalah pemerintah lebih memperhatikan kesejahteraan para pekerja atau buruh. Selama ini, ia menilai pemerintah masih kurang memperhatikan kesejahteraan para buruh di Indonesia, sehingga dengan pendapatan masih jauh dari cukup. Kondisi ini yang kemudian menantang penduduk Indonesia mencari penghidupan di luar Negeri. Jika dibandingkan penghasilan buruh di Indonesia dengan di luar Negeri cukup jauh. Ia mencontohkan penghasilannya sebagai buruh cuci di salah satu cafe di Bandara Hongkong bisa mencapai Rp13 juta per bulannya, sedangkan di Indonesia berkisar Rp1 juta ataupun lebih sesuai UMK masing-masing daerah. "Kalau saya, itu belum termasuk uang makan dan transport," ujarnya. Saat ditanya apakah masih ingin pulang ke Indonesia, Umi yang sudah berkeluarga di Hongkong ini dengan bangga mengatakan suatu saat akan pulang, jika ada sudah ada perubahan di Negerinya. "Jika penduduk sudah sejahtera, tidak mungkin akan ke luar Negeri. Siapa pun tidak ingin jauh dari keluarganya dan tinggal di luar komunitasnya," kata Umi asal Madiun, Jawa Timur ini. Waktu yang cukup lama tinggal di Hongkong ini membuat Umi harus mempunyai pilihan untuk menatap masa depannya. Akhirnya ia harus menikah dengan orang asli Hongkong. "Meskipun suami saya adalah warga Hong Kong, tapi saya tidak mau identitas saya jadi warga Hong Kong," ujarnya. Menurut dia, pertimbangannya tidak membuat identitas warga Hongkong agar dia bisa leluasa pulang dan bertemu dengan keluarganya di Indonesia. "Tapi kalau saya buat identitas Hongkong, saya dianggap pelancong di Negeri saya sendiri," katanya. Kini salah satu anaknya yang pertama sudah hampir selesai pendidikan tinggi di Hongkong. "Saya bersyukur anak saya bisa kuliah, meskipun saya jadi buruh," ujar Umi yang sudah fasih berbahasa mandarin ini. Hal sama juga diungkapkan salah seorang TKW Hongkong asal Tulungagung, Jatim, Rara. Ia mengaku kerja di Hongkong lantaran terpaksa tidak mendapat pekerjaan yang layak di daerah asalnya. Apalagi statusnya yang single parent membuatnya harus memberanikan diri menjadi TKW. Selain menghidupi dua anaknya, Rara yang masih berumur 27 tahun ini juga menjadi tulang punggung keluarganya. "Saya tidak mau larut dalam kesedihan setelah bercerai dengan suami saya dua tahun lalu. Saya harus bangkit, saya harus cari uang untuk modal usaha saya kelak jika kembali ke kampung halaman," kata Rara yang menjadi pembantu rumah tangga ini. Saat ditanya apakah ada perlakuan kasar yang dilakukan oleh majikannya, Rara mengatakan hingga saat ini majikannya cukup baik. "Tidak ada, semua baik. Hanya saja pekerjaan saya padat mulai pagi sampai malam. Tiap hari saya baru bebas pukul 21.00. Selain itu libur saya hari Sabtu yang saya gunakan untuk bertemu dengan teman-teman TKW lainnya," ujarnya. (*)
Umi : Saya Akan Kembali ke Indonesia dengan Syarat
Jumat, 7 Februari 2014 8:59 WIB