Pemkot Surabaya Resmi Tutup Lokalisasi Sememi
Senin, 23 Desember 2013 18:22 WIB
Surabaya (Antara Jatim) - Pemerintah Kota Surabaya akhirnya secara resmi menutup lokalisasi yang berada di Kelurahan Sememi, Kecamatan Benowo.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Senin, mengatakan, pihaknya benar-benar serius untuk menghapuskan prostitusi di Surabaya, setelah beberapa waktu sebelumnya menutup lokalisasi Dupak Bangunsari, Moroseneng, Klakah Rejo, dan Kremil.
"Pada Minggu (22/12) malam, kami bersama warga dan tokoh masyarakat Kelurahan Sememi mendeklarasikan wilayah Sememi bebas lokalisasi," katanya.
Deklarasi itu berisi beberapa poin, yakni warga dan tokoh masyarakat Sememi berkeinginan wilayahnya menjadi wilayah yang bersih, sehat, aman, nyaman, dan bebas prostitusi.
Selanjutnya, menjadikan wilayah Sememi menjadi wilayah yang bermanfaat dengan membangun usaha-usaha perekonomian sesuai dengan tuntutan agama dan peraturan yang berlaku, serta senantiasa mengharapkan bimbingan dan perhatian dari ulama dan pemerintah untuk kemajuan wilayah Sememi.
Tri Rismaharini mengatakan penutupan ini dilakukan demi masa depan anak-anak Surabaya, karena keberadaan lokalisasi sangat mempengaruhi tingkah laku dan pergaulan anak.
Menurut Risma, orang yang hidup di kawasan lokalisasi pasti akan terpengaruh dengan lingkungan tersebut. Ia sudah menemukan banyak bukti akibat dari rusaknya moral anak-anak di kawasan tersebut, karena terpengaruh lokalisasi.
"Saya ingin tidak ada lagi anak-anak yang masa depannya suram karena terjerumus dengan persoalan prostitusi," katanya.
Risma menambahkan masa depan anak-anak di Surabaya, terutama mereka yang berada di kawasan lokalisasi tergantung pada kita semua.
"Anak-anak dimana pun dia berada berhak merasakan kemerdekaan memperoleh pendidikan, keberhasilan, dan kesuksesan. Makanya, saya berniat untuk menutup lokalisasi apapun risikonya akan saya jalani," katanya.
Wali kota perempuan pertama di Surabaya ini mengaku tidak mudah menutup lokalisasi di Surabaya, karena prostitusi merupakan salah satu bisnis yang menggiurkan untuk mendapatkan keuntungan besar.
Untuk itu, Pemkot Surabaya melakukan pendampingan kepada anak-anak usia sekolah yang terjerumus dengan persoalan "trafficking".
"Saya melakukan pendampingan kepada anak-anak ini ke sekolah-sekolah yang terdampak kawasan lokalisasi. Setiap berkunjung saya selalu membawa psikiater untuk mengetahui permasalahan apa yang menimpa mereka sehingga mereka bisa terjerumus persoalan prostitusi. Dari sanalah saya semakin kuat untuk menutup lokalisasi di Surabaya, karena memang dampaknya sangat luar biasa pada masa depan anak-anak kita," katanya. (*)