Sudetan Bengawan Solo di Lamongan Berfungsi Normal
Senin, 16 Desember 2013 13:28 WIB
Bojonegoro (Antara Jatim) - Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro, Jawa Timur (Jatim), menyatakan sudetan Bengawan Solo di Plangwot Lamongan berfungsi normal mengalirkan debit banjir ke Laut Jawa.
"Meskipun sudetan berfungsi normal, tapi kewaspadaan menghadapi banjir tetap kita lakukan, apalagi menjelang bulan purnama," kata Kasi Operasi UPT Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro Mucharom, Senin.
Ia menjelaskan masuk bulan purnama yang akan terjadi dalam sehari mendatang biasanya air laut akan pasang, sehingga akan menghambat laju debit air banjir Bengawan Solo yang melalui sudetan masuk ke laut.
"Biasanya air laut pasang bisa berlangsung dua hari, padahal saat ini Bengawan Solo di hilir Jatim masih terjadi banjir, bahkan air Bengawan Solo di hulu Ndungus, Ngawi, yang semula sudah turun naik lagi menjadi 6,50 meter, Senin pukul 12.00 WIB," katanya.
Sementara itu, di Karangnongko, Kecamatan Ngraho, sekitar 70 kilometer dari Kota Bojonegoro yang semula sudah turun 26,40 meter juga naik kembali menjadi 26,41 meter.
"Kalau air laut pasang banjir masih terjadi maka air akan lambat surutnya," ujarnya.
Ia menyebutkan Sudetan Plangwot Lamongan ke laut Jawa sepanjang 13,4 kilometer mampu mengalirkan debit banjir sekitar 645 meter kubik/detik.
Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro Amir Syahid menjelaskan pihaknya terus meningkatkan penanganan korban banjir luapan Bengawan Solo, termasuk mengoptimalkan kerja Tim SAR gabungan.
"Pendistribusian bahan makanan baik makanan siap saji, juga berbagai keperluan lainnya bagi pengungsi, seperti selimut, sudah berjalan," katanya, menegaskan.
Sesuai data yang diterima BPBD, banjir luapan sungai terpanjang di Jawa di daerah setempat telah merendam 144 desa yang tersebar di 15 kecamatan.
Banjir juga merendam 4.711 rumah, areal tanaman padi seluas 4.071 hektare, dan palawija 482 hektare. Selain itu, banjir juga merendam berbagai fasilitas umum, mulai gedung lembaga pendidikan, jalan kabupaten, kecamatan, desa dengan perkiraan kerugian akibat banjir mencapai Rp4,7 miliar. (*)