Surabaya (Antara Jatim) - Sebanyak 23 ribu pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) di Kota Surabaya siap menghadapi tantangan era pasar bebas atau "Asean Free Trade Area" (AFTA) pada 2015 mendatang. Hal ini disampaikan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini pada saat memberikan motvasi kepada para pelaku UKM di acara seminar bertemakan "pelaku usaha berdaya saing Kota Surabaya dalam menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN tahun 2015" yang digelar di Balai Pemuda Surabaya, Selasa. Tri Rismaharini meyakinkan produk yang dihasilkan para pelaku UKM Surabaya yang kebanyakan ibu-ibu rumah tangga tersebut tidak kalah dengan produk dari luar negeri. "AFTA 2015 nanti tidak bisa kita tolak. Tetapi kita bisa mempersiapkan diri. Kita bisa kalahkan mereka. Jangan takut," katanya. Untuk itu, lanjut dia, wali kota mengingatkan pelaku UKM bahwa kerudung kini sudah diproduksi di Malaysia dan tempe kini hak patennya sudah ada di Jepang. Padahal, lanjut dia, dua produk itu merupakan produk yang bisa dihasilkan pelaku UKM di Surabaya. Karenanya, wali kota perempuan pertama di Kota Pahlawan ini berharap para pelaku UKM di Surabaya untuk tidak minder bersaing. "Ibu-ibu sebetulnya bisa buat kerudung, kenapa harus direbut Malaysia. Karena itu, tidak usah takut. Jangan sungkan untuk bertanya. Kalau ada masalah ceritakan. Saya tidak mau kalau ada masalah ibu-ibu mundur, maju terus. Apa yang susah, pemkot siap menfasilitasi," katanya. Sementara itu, Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kota Surabaya, Hadi Mulyono mengatakan, seminar kali ini merupakan rangkaian kegiatan pembinaan dari pembinaan yang sudah dilakukan selama tahun 2013. Selama ini, kata Hadi, pihaknya sudah melakukan berbagai upaya seperti temu usaha, pahlawan ekonomi serta mengikutsertakan produk UMK di pameran bazaar untuk menggairahkan perkembangan UKM di Kota Pahlawan. "Nah, sekarang saatnya kita tingkatkan kualitasnya, kita beri wawasan supaya para pelaku ekonomi yang tumbuh di Surabaya tidak sekadar jago kandang. Jadi mereka siap menghadapi tantangan dan melakukan terobosan menyambut 2015," katanya. Hingga akhir tahun 2013 ini, ada sekitar 23 ribu UKM yang dibina oleh Dinas Koperasi dan UMK Kota Surabaya. Hadi meyakini, produk-produk dari UMK di Surabaya nantinya bisa bersaing dengan produk-produk dari luar negeri. Namun, kata dia, yang tidak kalah penting adalah meyakinkan para pelaku UKM bahwa apa yang mereka lakukan memiliki makna dan bisa masuk dalam persaingan. Untuk itulah, pihaknya intensif melakukan temu usaha, membuka jaringan usaha dan pengembangan bisnis termasuk mengikutkan produk-produk UMK asli Surabaya dalam pameran. "Sehingga mereka bisa mengenalkan produknya dan menguji produk nya di pasaran. Kita juga membangun kerja sama dengan bank agar UKM ini bisa mendapatkan KUR (Kredit Usaha Rakyat)," katanya. Salah satu pelaku UKM di Kota Surabaya, Suliani (57), mengapresiasi seminar pelaku UMK ini. Ibu rumah tangga asal Tambak Langon ini yang mengembangkan usaha kerupuk payus sejak tahun 80-an ini mengaku membutuhkan kegiatan seperti ini untuk menambah wawasan, utamanya untuk mengatasi kendala yang dihadapi. "Insya Allah kita siap menghadapi AFTA nanti. Makanya kita ikut kegiatan ini supaya lebih maju. Selama ini, kendala kita adalah ketika turun hujan karena kerupuknya tidak kering dan modalnya naik tiga kali lipat," ujar Suliani yang produk kerupuk payusnya dipasarkan di Surabaya hingga ke Gresik. (*)
23 Ribu UKM Surabaya Siap Bersaing di AFTA
Selasa, 3 Desember 2013 17:10 WIB