"Silahkan masuk ke kebun dan menikmati salak," ucap Tarimin, salah seorang petani salak di Desa Sumberurip, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, menyapa sekelompok orang yang datang ke perkebunannya.
"Waahh... enak ini tinggal petik dan langsung makan salak di kebun. Di Surabaya tidak ada lho pak," kata Antok sembari langsung melahap salak di salah satu pohon.
Di kebun itu, jumlahnya tidak hanya belasan, puluhan, atau bahkan ratusan. Tapi, jumlah pohon salak di satu perkebunan bisa mencapai 1.000 batang lebih. Yang menyenangkan ketika panen, karena hampir semua pohon berbuah dan salak siap di makan.
Sambil melihat pengunjung melahap salaknya, Tarimin duduk sambil membawa pisau kecil tepat di antara dua batang pohon dalam satu rumpun salak. Sembari sesekali menyeka keringat, ia tampak serius mengamati dompol-dompol salak yang dipenuhi duri kecil-kecil.
"Ini lho, hanya melihat dan membersihkan sedikit dompol salak saja," ucapnya singkat sembari menyunggingkan senyum.
Bapak dua anak itu lantas mengajak melihat-lihat beberapa rumpun salaknya yang sejenis. Ia mengaku belum lama mengembangkan budidaya salak karena sebelumnya bertani cengkih dan kopi.
Sebenarnya, tidak cukup mudah menuju perkebunan salak di Pronojiwo. Lokasinya yang berada di pegunungan dekat Gunung Semeru, membuat pengunjung harus rela menempuh perjalanan naik-turun gunung dengan jalan yang meliuk-liuk.
Namanya pegunungan, tentu sepanjang jalan selalu melihat jurang yang curam. Namun, ketakutan itu seolah sirna oleh pemandangan yang cukup elok dipandang mata.
Aliran sungai yang dangkal dan penuh bebatuan membuat kita tidak akan melewatkannya melihat. Belum lagi pemandangan Puncak Mahameru Gunung Semeru yang terlihat sangat jelas.
"Syukurlah kami dapat menikmati salak yang sangat manis sambil melihat puncak Semeru dari perkebunan. Seharian saya betah di sini, meski makannya hanya salak," ujar pengunjung lainnya, Bambang.
Tarimin lantas mengajak puluhan pengunjung tadi duduk bergerombol sambil menikmati salak yang bisa kapan saja dipetik. Ia bercerita sedikit pengalamannya sebagai petani salak hingga puncaknya mendapat apresiasi dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Ya, pada akhir Juli 2013, orang nomor satu di Tanah Air tersebut menyempatkan datang ke Pronojiwo karena penasaran dengan populernya salak di daerah itu.
Bahkan, SBY yang datang ditemani Ibu Negara, Ani Yudhoyono, Gubernur Jatim Soekarwo, serta sejumlah menteri memborong salak-salak yang dihasilkan dari desa yang berada sekitar 700 meter di atas permukaan air laut tersebut.
"Ternyata menjabat tangannya presiden seperti itu dan mantab kalau bersalaman. Pundak saya juga sempat ditepuk-tepuk meski tidak lama. Rasanya seperti mimpi bisa ditemui dan bersalaman dengan orang besar di negeri ini," ucapnya sembari menunjukkan telapak tangannya yang sudah bersalaman dengan SBY.
Sekedar informasi, di kabupaten ini, tercatat ada 14 kecamatan sebagai daerah penghasil salak. Yakni, Kecamatan Pronojiwo produktivitasnya 167,70 persen, Tempursari 634,43 persen, Candipuro 698,59 persen, Yosowilangun 392 persen, Randuagung 375,18 persen, Senduro 225,13 persen, dan Kedungjajang 291, 25 persen.
Kemudian, Kecamatan Tekung 200 persen, Tempeh 160,26 persen, Kunir 122,67 persen, Klakah 256,25 persen, Pasrujambe 40 persen, Rowokangkung 197,42 persen, serta Kecamatan Sukodono 206,90 persen.
Nah, bagi anda yang ingin merasakan sensasi makan salak langsung dari pohon dan di dalam perkebunannya, silahkan ke Pronojiwo.
Meski bentuknya sama dengan salak lainnya, namun rasanya sangat berbeda. Belum lagi sensasi makannya, karena langsung memetik dari pohon yang kita tinggal memilih sesuai selera. (*)
Sensasi Petik dan Makan Salak di Perkebunan
Jumat, 18 Oktober 2013 10:10 WIB
