Warga Hilir Bojonegoro Kesulitan Peroleh Air Bersih
Selasa, 10 September 2013 15:54 WIB
Bojonegoro (Antara Jatim) - Warga daerah hilir Bengawan Solo di sejumlah desa di Kecamatan Trucuk dan Kota Bojonegoro, Jatim, kesulitan memperoleh air bersih karena sumber air sumur mulai mengecil sejak pertengahan Agustus.
Kasi Operasi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro Mucharom, Senin, membenarkan kesulitan yang dialami warga di sepanjang daerah hilir Bengawan Solo dalam memperoleh air bersih yang disebabkan pola pengaturan air Bendung Gerak.
"Kami sudah melakukan pengecekan ke lapangan mengenai kesulitan air bersih yang dialami warga di sepanjang hilir di Bojonegoro," katanya.
Tapi, kata dia, pihaknya masih belum bisa berbuat banyak, sebab Balai Besar Bengawan Solo di Solo, Jateng masih mencari pola yang tepat untuk pengeluaran air di Bendung Gerak ke daerah hilirnya.
"Kami akan melaporkan kondisi kesulitan air di daerah hilir kepada Balai Besar Bengawan Solo agar menjadi kajian untuk menentukan pola pengeluaran air yang tepat," katanya.
Sementara itu, seorang warga Desa Ledokkulon, Kecamatan Kota Muntoro, didampingi warga lainnya Jimy Agus Wahyudi dan Andri menjelaskan kesulitan air yang dialami warga, disebabkan sumur warga baik sumur yang memanfaatkan pompa air juga sumur biasa mulai mengecil sejak pertengahan Agustus lalu.
"Mengecilnya sumber air sumur warga karena debit air yang dikeluarkan dari Bendung Gerak ke daerah hilir sedikit, sehingga tidak mampu meresap ke sumur warga," tandasnya.
Sebelum Bendung Gerak beroperasi, katanya, sumur warga di sepajang daerah hilir Bengawan Solo dibawah Bendung Gerak tidak pernah ada yang mengalami kekeringan.
Menghadapi kesulitan air bersih itu, katanya, sejumlah warga membuat sumur bor baru berkedalaman sekitar 35 meter baru bisa mengeluarkan air. Padahal, sumur warga di daerah setempat berkedalaman sekitar 25 meter sudah mengeluarkan air dengan sumber yang bagus.
"Warga yang membuat sumur bor baru harus mengeluarkan biaya rata-rata sekitar Rp2 juta/sumur," ujarnya. (*)