Malang (Antara Jatim) - Pakar Pertanian Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Dr Damat menyatakan bahan pangan lokal, seperti umbi-umbian lebih aman untuk dikonsumsi ketimbang bahan impor, terutama tepung terigu yang berbahan baku gandum. "Dalam tepung terigu ini mengandung gluten yang membahayakan dan bisa merusak pencernaan, khususnya usus halus. Padahal, kalau usus halus ini rusak tidak akan bisa menyerap nutrisi secara maksimal," tegas Damat di Malang, Kamis. Menurut Dekan Fakultas Pertanian dan Peternakan UMM itu, potensi bahan pangan lokal untuk menggantikan gandum (tepung terigu) cukup banyak dan kualitasnya tidak kalah bagus dengan bahan impor, terutama umbi-umbian, seperti ubi jalar, singkong, garut maupun porang. Selain lebih aman dan kualitasnya juga bagus, katanya, pemanfaatan potensi bahan pangan lokal tersebut juga akan mampu mengurangi ketergantungan impor gandum yang jumlahnya luar biasa besar. Pada tahun 2012, impor gandum Indonesia mencapai 7,2 juta ton. Dan, Indonesia berada di posisi kelima besar dunia sebagai negara pengimpor gandum. Sebagai regulator, kata Damat, pemerintah harus mulai mengembangkan kebijakan riil untuk mengangkat semua potensi pangan lokal yang ada di Tanah Air, sebab impor merupakan solusi jangka pendek untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Kalau tidak ada kebijakan riil dari pemerintah, tegasnya, Indonesia akan kebingungan sendiri, karena tidak menutup kemungkinan beberapa tahun ke depan, harga gandum akan naik signifikan. Artinya, anggaran untuk impor gandum akan semakin tinggi. Kenaikan harga gandum tersebut, dipicu oleh adanya kebijakan pemerintah Amerika Serikat yang pada tahun 2025, gandum tidak hanya sebagai bahan pangan, tapi juga akan dijadikan bahan biofuel serta pakan ternak dengan skala besar. Ia mengakui selama ini keberadaan potensi bahan pangan lokal masih kurang mendapat perhatian dan promosi. Padahal, kalau bisa dimaksimalkan akan mampu mengurangi impor dan ketergantungan bangsa ini dalam memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Memang, lanjutnya, negeri ini tidak akan mampu menghapus begitu saja impor bahan pangannya, tapi paling tidak bisa mengurangi antara 20 sampai 25 persen. Oleh karena itu, tegas Damat, semua pihak harus bahu membahu untuk mempromosikan dan menggencarkan kampanye bahan pangan lokal, apalagi bahan pangan lokal, seperti umbi-umbian tersebut lebih aman, bahkan kandungan seratnya lebih tinggi dan antioksidan. "Gerakan untuk memaksimalkan dan mengkonsumsi bahan pangan lokal ini memang harus digencarkan, sebab kalau bukan kita, siapa lagi yang akan bergerak untuk mencintai potensi sendiri," katanya, menandaskan.(*)
Berita Terkait
Pakar Pertanian UB kembangkan inovasi jagung di NTT
6 September 2024 14:32
Sejumlah pakar paparkan pertanian industrial komprehensif di Unej
26 November 2023 02:55
Sejumlah pakar sebut bioteknologi solusi pertanian Indonesia
12 September 2023 21:59
Pakar UB: Sektor pertanian ibarat berlian
31 Maret 2021 17:40
Pakar : Kesadaran asuransi pertanian di Indonesia masih minim
9 Maret 2021 11:54
Pakar UB: Produksi pertanian lebih efisien manfaatkan energi matahari
21 Juli 2020 20:11
Pakar: Ketersediaan Pangan Terganggu Perubahan Iklim
23 Mei 2013 09:43
Pakar: Diversifikasi Pangan Sulit Diwujudkan
10 Oktober 2012 08:59
