Jembatan "Bailey" Ponorogo-Pacitan Sudah Bisa Dilewati
Kamis, 9 Mei 2013 19:42 WIB
Ponorogo (Antara Jatim) - Jembatan "bailey" yang menjadi penyeberangan darurat kendaraan roda empat atau lebih di jalur Ponorogo-Pacitan, di Desa Caluk, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, saat ini sudah berfungsi normal dan bisa dilewati, meski proses pembangunannya belum sempurna.
"Sejak Rabu (8/5) malam sebenarnya sudah bisa dilalui tapi banyak yang ragu-ragu karena khawatir jembatan darurat tidak kuat menahan beban mobil atau truk," ungkap salah seorang pengemudi asal Pacitan, Yuli, Kamis.
Ia sendiri telah beberapa kali mencoba melintasi konstruksi jembatan darurat yang terbuat dari rangkaian besi baja tersebut, namun harus hati-hati karena bantalan kayu yang menjadi perlintasan roda kendaraan belum stabil.
Sejumlah pekerja masih terlihat bekerja melapisi bagian permukaan jembatan bailey sepanjang 36 meter tersebut untuk memudahkan akses jalan kendaraan-kendaraan besar, seperti mobil, truk maupun bus umum.
Kepala UPTD Dinas PU Bina Marga Jawa Timur di Madiun, Bambang Effianto mengatakan, jembatan bailey yang mulai dipasang disamping jembatan lama yang runtuh sejak awal pertengahan April tersebut ditargetkan selesai akhir Mei ini.
"Kami sedang upayakan bisa selesai lebih cepat supaya akses lalu-lintas dari Ponorogo ke Pacitan ataupun sebaliknya bisa kembali normal," ujarnya.
Dengan berdirinya jembatan bailey tersebut, saat ini telah berdiri tiga jembatan darurat di samping jembatan Plapar yang runtuh, awal April silam.
Dua jembatan darur yaitu jembatan bailey untuk mobil dan motor, jembatan darurat lainnya didibuat dengan konstruksi sesek untuk pejalan kali dan jembata kayu untuk kendaraan roda dua.
"Jembatan darurat tersebut dirancang tidak hanya untuk satu atau dua bulan, tapi hingga satu tahun lebih menunggu jembatan permanen pengganti selesai sehingga harus bisa bertahan," terang Bambang.
Agenda selanjutnya yang menjadi pekerjaan tambahan dinas PU Binamarga adalah membuat cekdam sementara di sungai sekitar jembatan.
Diharapkan, cekdam tersebut mampu mengatasi gerusan arus sungai yang mulai memakan tanah di sekitar jembatan, baik di sekitar lokasi jembatan yang putus maupun di jembatan-jembatan darurat.
Dikatakannya, cekdam permanen akan menjadi bagian dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo.
Soal anggaran, untuk cekdam permanen dan jembatan pengganti, Bambang menyatakan kemungkinan baru turun akhir tahun atau malahan baru turun pada 2014.
Bambang berdalih proses penganggaran baru bisa diajukan sekitar akhir tahun 2013 sehingga otomatis pelaksanaan pekerjaan bisa dilakukan setelahnya dan diharapkan selesai maksimal akhir tahun 2014.
"Pengajuan anggaran dimulai November sampai Desember, makanya anggaran (untuk jembatan dan cekdam pengganti) baru bisa diajukan bulan itu di tahun (2013) ini. itu artinya baru bisa cair dan dikerjakan di 2014. Dananya akan diambilkan dari APBD Jatim," jelasnya. (*)