Oleh Muhammad Razi Rahman Jakarta, (Antara) - Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) menyorot masih banyaknya nelayan tradisional yang akrab dengan kemiskinan dan mendesak agar pemerintah benar-benar memperhatikan permasalahan tersebut. "Dari Indonesia merdeka hingga kini, sejak program MDGs (Sasaran Pembangunan Milenium) tercetuskan sampai sekarang, hidup nelayan tradisional masih akrab dengan kemiskinan," kata Sekretaris Jenderal Kiara, Abdul Halim, di Jakarta, Minggu. Ia mencontohkan, di kalangan nelayan Marunda, Jakarta Utara, setidaknya 70-85 persen pendapatan nelayan adalah untuk memenuhi kebutuhan pangan, sedangkan selebihnya untuk ongkos pendidikan anak dan kebutuhan melaut. Lonjakan biaya modal untuk melaut, ujar dia, serta tidak menentunya hasil tangkapan membuat nelayan menjadi miskin. "Pada saat yang sama, ikan menjadi langka karena tingginya pencemaran Teluk Jakarta, perairan paling tercemar berat se-Asia," katanya. Ia mengingatkan, berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan, pada 2011 ada 7,87 juta jiwa nelayan miskin dan anggota keluarganya di pesisir. Jumlah tersebut adalah sebesar 25,14 persen dari total penduduk penduduk miskin nasional yang sebanyak 31,02 juta jiwa. Selain itu, jumlah nelayan miskin dan anggota keluarganya tersebar setidaknya di 10.600 desa nelayan di berbagai daerah. "Kondisi kemiskinan di kalangan nelayan lebih merupakan kurangnya perlindungan pemerintah atas sumber-sumber produksi, yakni sumber daya pesisir dan laut yang sehat," katanya. (*)
Kiara : Nelayan Tradisional Masih Akrab dengan Kemiiskinan
Minggu, 24 Maret 2013 10:17 WIB