Menikmati Sejuknya Wisata Air Terjun Coban Rondo
Jumat, 8 Februari 2013 10:08 WIB
Jarum jam masih menunjuk pukul 10 pagi ketika sang surya berusaha menghalau kabut, menerobos rimbunnya daun pinus. Perjalanan menuju Coban Rondo pun seperti melintasi lorong panjang di lereng Gunung Kawi. Jalan menanjak dan berkelok-kelok dinaungi pepohonan rimbun. Udara sejuk pun menyergap.
Coban Rondo (air terjun janda) adalah nama objek wisata air terjun. Objek tersebut berada di tengah hutan pinus yang dikelola Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH), Perum Perhutani Malang. Coban Rondo terletak di ketinggian 1.135 meter lereng Gunung Kawi, Kabupaten Malang.
Untuk menuju daerah di Desa Pandesari, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang ini tidak sulit. Perjalanan dari Surabaya ke Malang, Batu, dan diteruskan ke Pujon dapat ditempuh dengan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum, karena jalan beraspal.
Hanya saja untuk sampai di lokasi berjarak sekitar 25 kilometer dari Kota Malang tersebut harus berhati-hati, sebab jalan ke sana berkelok-kelok, bertebing dan di sisi lainnya jurang yang curam dan serta rawan longsor. Apalagi saat musim hujan.
Dari jalan raya Batu - Pujon pengunjung harus melintasi jalan beraspal di tengah hutan pinus sekitar dua kilometer. Selama perjalanan, pengunjung disuguhi pemandangan berupa hamparan hutan pinus yang menghijau. Suasana segar dibalut angin nan-sejuk.
Masuk ke lokasi Coban Rondo pengunjung tidak perlu merogoh kantong terlalu dalam, hanya Rp10 ribu per orang. Pengunjung bisa sepuasnya menikmati indahnya kawasan air terjun janda.
Sejauh mata memandang dan kepala sedikit mendongak, maka kita seperti berada di kepungan bukit menjulang. Bukit yang banyak tumbuh aneka pepohonan tersebut juga dihuni sekawanan monyet. Monyet di tempat itu cukup jinak. Bahkan, bisa diajak bercengkerama jika diberi jagung atau kacang.
Lokasi parkir cukup luas. Di sisi kanan maupun kiri banyak kios penjual jajanan dan makanan seperti kentang goreng, kacang rebus, aneka minuman, aneka makanan, sate ayam, sate kelinci dan lain sebagainya. Bahkan, pengunjung juga bisa mendapatkan berbagai macam oleh-oleh khas Malang, khususnya Coban Rondo.
Di sisi lain dari lokasi parkir, masih dalam kawasan Coban Rondo, terdapat pula fasilitas untuk kegiatan "outbond" atau "team building". Selain lapangan yang bisa digunakan untuk berkemah, juga terdapat fasilitas penunjang kegiatan kelompok tersebut seperti "high rope corse", "camping ground", "tracking line flying camp", "climbing wall" dan lainnya.
Sementara itu dari lokasi parkir kendaraan, pengunjung harus berjalan kaki sekitar 500 meter menyusuri aliran sungai dari air terjun Coban Rondo. Air jernih bergemericik membuat kesejukan kawasan tersebut semakin terasa. Suhu udara di kawasan Coban Rondo rata-rata 22 derajat celcius.
Semakin mendekati kolam tempat curahan air terjun terdapat bangunan mushalla, tempat istirahat dan di sisi berikutnya ada bangunan seperti joglo yang biasa dimanfaatkan pengunjung untuk melepas penat atau bahkan untuk kegiatan kelompok, seperti belajar teater.
Berjarak sekitar 200 meter dari air terjun terdapat seperangkat tempat duduk menghadap sungai, agak maju ke depan terdapat tempat berteduh dan papan peringatan mengenai batas pengunjung.
Sedangkan agak menjorok dari papan tersebut ada bongkahan batu besar. Air yang tumpah memang tidak sampai ke bongkahan batu, tapi cipratan air bisa lebih jauh dari batu itu karena tiupan angin.
Dingin. Air dari Air Terjun Coban Rondo memang cukup dingin. "Di atas sana ada pabrik es-nya," kata seorang pengunjung berseloroh.
Air Terjun Coban Rondo kira-kira setinggi 84 meter. Pada musim hujan, debit air terjun bisa mencapai 150 liter per detik, sedangkan pada musim kemarau debit air sekitar 90 liter per detik. Air mengalir terus, tiada henti. Karena itu, air dari Coban Rondo dimanfaatkan pula untuk irigasi pertanian masyarakat sekitar.
Udara sejuk dan suasana segar dianungi pepohonan rindang membuat pengunjung betah berlama-lama di objek wisata ini. Bapak-bapak, ibu-ibu, remaja dan juga anak-anak tampak menikmati panorama alam yang eksotis tersebut.
Legenda
Keberadaan Air Terjun Coban Rondo ternyata hingga kini masih menyimpan cerita yang berkembang di masyarakat setempat. Cerita itu ada yang meyakini benar adanya, tapi banyak pula yang meyakini cerita itu hanya sekadar legenda.
Coban merupakan kata dalam bahasa Jawa berarti air terjun. Sedangkan rondo berarti janda. Ada legenda tentang asal-usul nama air terjun ini. Legenda mengenai air terjun ini dapat disimak pada papan berbingkai kaca dekat air terjun. Legenda Coban Rondo tertulis di situ.
Dalam cerita legenda itu dikisahkan, ada pasangan suami istri yang baru menikah, yakni Dewi Anjarwati yang berasal dari Gunung Kawi dan Raden Baron Kusuma dari Gunung Anjasmoro.
Ketika pernikahan berusia 36 hari atau masyarakat Jawa menyebutnya selapan, Dewi Anjarmwati mengajak suaminya untuk mengunjungi Gunung Anjasmoro, daerah asal suaminya. Orang tua Dewi Anjarwati melarang keduanya pergi karena baru selapan. Tetapi, Dewi Anjarwati dan suaminya tetap berkeras untuk pergi.
Namun demikian, ketika dalam perjalanan, mereka berdua dikejutkan dengan kehadiran Joko Lelono yang tidak diketahui asal-usulnya. Joko Lelono terpikat oleh kecantikan Dewi Anjarwati dan berusaha merebutnya. Akhirnya terjadi perkelahian antara Raden Baron Kusuma dengan Joko Lelono.
Raden Baron kepada ponokawan yang mengiringi berpesan agar Dewi Anjarwati disembunyikan di tempat yang ada cobannya (air terjun). Perkelahian pun terus berlangsung sampai akhirnya Raden Baron dan Joko Lelono sama-sama tewas.
Dengan demikian, Dewi Anjarwati menjadi janda atau dalam Bahasa Jawa yaitu rondo. Sejak saat itu, air terjun tempat Dewi Anjarwati menunggu suaminya disebut Coban Rondo. Konon, batu besar di bawah air terjun merupakan tempat duduk sang putri. (*)