Ketika melakukan dialog interaktif tentang "Ekonomi dan Kebangsaan" di Universitas Surabaya atau Ubaya (17/1), Ketua Umum DPP Partai Golkar Ir H Aburizal Bakrie sempat dimintai nasihat oleh seorang mahasiswa setempat. "Saran saya, Anda bisa menjadi apa saja, mungkin menjadi bisnisman lebih baik, tapi Anda bisa menjadi apapun dan hal terpenting adalah Anda harus berpikir positif dalam menyikapi segala hal," ucap tokoh dan pengusaha nasional itu. Didampingi Ketua DPD Golkar Jatim H Martono dan Gubernur Jatim Soekarwo, ia menegaskan bahwa berpikir positif itu sudah merupakan capaian 50 persen kemenangan, sedangkan berpikir negatif itu justru mencapai 100 persen dari kekalahan. "Jadi, berpikirlah positif selalu. Banyak baca kisah sukses para tokoh dunia serta pelajari trend dunia. Menurut saya, trend dunia dalam bidang perekonomian saat ini adalah makanan, energi, air, dan industri kreatif," tukas mantan menteri dan menteri koordinator itu. Tokoh kelahiran Jakarta pada 56 tahun silam itu menegaskan bahwa pandangannya tentang pembangunan berubah sejak tahun 2005 saat dirinya dipercaya mengemban amanat sebagai Menko Kesra dan banyak bertemu masyarakat miskin. "Tahun 2005, pandangan saya mulai berubah bahwa pembangunan ekonomi itu penting, tapi hanya 'perantara' dari pembangunan itu sendiri, sedangkan pembangunan yang sesungguhnya adalah pembangunan manusia," paparnya. Oleh karena itu, ia melakukan kebijakan yang tidak ekonomis dan saat itu banyak ditentang, namun sekarang justru dikembangkan hingga semakin banyak masyarakat miskin yang menikmatinya. "Saya minta jangan serahkan ekonomi pada mekanisme pasar, sebab hal itu tidak mungkin akan mengalami pemerataan, karena itu intervensi pemerintah dalam pembangunan itu penting, seperti BOS, Jamkesmas, PNPM, subsidi pupuk, KUR, dan sebagainya," kilahnya. Cara itu, ungkapnya, akan mendorong masyarakat miskin bisa bangkit. "Buktinya, pembangunan manusia itu ternyata justru berperan signifikan terhadap ekonomi Indonesia saat ini, karena manusia yang kuat akan membuat ekonomi juga kuat," tandasnya. Dalam kaitan itulah, Ical yakin bahwa pemberantasan korupsi itu tidak bisa hanya dilakukan dengan penegakan hukum, karena ada cara lain yang akan sangat berperan, seperti halnya pembangunan manusia dalam pembangunan ekonomi. "Untuk itu harus ada pendidikan antikorupsi dan sistem gaji birokrat yang masuk akal, misalnya gaji menteri sebesar Rp18 juta itu tidak masuk akal. Itu jangan terjadi lagi," tuturnya. (*)
Nasihat Ical untuk Mahasiswa
Jumat, 18 Januari 2013 9:54 WIB