Jakarta (ANTARA) - Konsolidasi Jaringan Kader Muda Nahdlatul Ulama (NU) se-Indonesia menyerukan agar kepemimpinan PBNU kembali tunduk pada mekanisme AD/ART serta menghormati ikhtiar islah para kiai sepuh.
Hal tersebut mengemuka dalam rapat konsolidasi yang berlangsung di Jakarta, Kamis-Jumat (4-5/12) dan dihadiri oleh kader NU seluruh provinsi.
Juru Bicara Jaringan Kader Muda NU Purwaji melalui keterangan di Jakarta, Jumat, menegaskan bahwa rencana pihak tertentu untuk menggelar rapat pleno guna menunjuk Penjabat (Pj) Ketua Umum justru bertentangan dengan kehendak para kiai sepuh yang sedang mengupayakan islah.
"Jika benar ada rencana pleno penunjukan Pj, itu adalah bentuk kesewenang-wenangan. Para kiai menghendaki islah, bukan pemaksaan pleno. Sangat menyedihkan jika suara para kiai dianggap bisa diabaikan begitu saja," katanya menegaskan.
Purwaji juga menekankan bahwa AD/ART bukan formalitas, tetapi pagar yang menjaga kehormatan perkumpulan.
Ia menilai terdapat kecenderungan penggunaan kewenangan struktural untuk membatasi dialog, menutup ruang permusyawaratan, hingga mengabaikan seruan para masyayikh atau kiai sepuh.
Situasi tersebut, lanjut Purwaji, dinilai mengancam marwah organisasi dan membuat NU kehilangan ruh dasarnya sebagai perkumpulan yang berpijak pada syura, moral publik, dan kebenaran yang dibimbing para ulama.
Sementara, salah satu kader muda NU Fajri Al Farobi menegaskan bahwa tradisi NU hanya bisa hidup dalam ruang dialog.
"Islah adalah jalannya para kiai. Ketika pintu dialog ditutup dan keputusan diambil sepihak, maka itu bukan lagi tradisi NU. Maka dari itu, forum konsolidasi ini adalah gerakan moral untuk memastikan NU tetap berada di rel yang benar," ujarnya.
Diketahui, forum tersebut menghasilkan pernyataan sikap yang menolak kesewenang-wenangan di tubuh PBNU, menolak tindakan yang mengabaikan AD/ART, serta meminta agar para kiai tidak mendasarkan keputusan strategis pada fitnah tanpa tabayyun.
Para kader menyatakan bahwa gerakan mereka bukan pembangkangan, tetapi upaya menegakkan kembali tradisi perkumpulan yang dibimbing para kiai sepuh dari Ploso hingga Tebuireng, demi menjaga persatuan dan marwah NU.
