Bojonegoro - Kepala Bidang Pengembangan Penempatan Tenaga Kerja dan Transmigrasi Disnakertransos Bojonegoro Joko Santoso menyatakan, pencabutan moratorium tenaga kerja Indonesia (TKI) ke Malaysia, tidak terlalu mempengaruhi minat TKI asal daerah setempat.
"Adanya pencabutan moratorium ke Malaysia, tidak akan meningkatkan jumlah TKI Bojonegoro untuk berangkat bekerja ke Malaysia," katanya, Rabu.
Ia menjelaskan, TKI asal Bojonegoro yang berangkat bekerja ke Malaysia, juga negara lainnya, sebelum ada moratorium jumlahnya tidaklah terlalu tinggi.
Bahkan, dari data yang ada TKI asal Bojonegoro yang berangkat ke luar negeri jumlahnya rata-rata berkisar 300 orang setiap tahunnya.
Bahkan, lanjutnya, pada tahun 2011 ini jumlah TKI asal Bojonegoro yang berangkat ke luar negeri baru sekitar 100 orang dengan tujuan ke berbagai negara, tidak termasuk Malaysia dan Arab Saudi.
Hanya saja, TKI asal Bojonegoro yang berangkat ke luar negeri tersebut, jumlahnya bisa mencapai sekitar 1.000 TKI, karena mereka bisa mendapatkan paspor di Surabaya.
"Setiap akhir tahun, saya selalu mengecek ke Jawa Timur dan memperoleh data, sebagian besar TKI asal Bojonegoro berangkat dari Surabaya," katanya, mengungkapkan.
Secara terpisah, Kasi Informasi Pasar Bursa Kerja dan Penempatan Tenaga Kerja Disnakertransos Bojonegoro, Sugihartono menjelaskan, sebenarnya TKI asal Bojonegoro yang berangkat secara ilegal ke Malaysia, selalu ada, baik sebelum ada moratorium maupun setelah ada moratorium.
Setelah ada moratorium, lanjutnya, TKI asal Bojonegoro yang berangkat ke Malaysia, tetap ada dan mereka mempergunakan paspor wisata. Di Malaysia, mereka ditampung dan diproses menjadi legal dan tetap bisa bekerja. "Di Malaysia, tenaga kerja informal seperti PRT cukup dibutuhkan," ucapnya, menambahkan.
Ia mengungkapkan, berbeda dengan diberlakukannya moratorium TKI ke Arab Saudi, sejak 1 Agustus 2011, sama sekali tidak ada TKI asal Bojonegoro yang bisa berangkat dengan cara ilegal. "Masalahnya di Arab Saudi dalam masalah persyaratan TKI cukup ketat," ucapnya.
Meski demikian, katanya, TKI asal Bojonegoro tetap berangkat ke negara di Timur Tengah (Timteng), dengan tujuan tidak ke Arab Saudi dan mengalihkan bekerja ke Abu Dhabi dan Qatar.
"Itupun jumlahnya minim pada 2011 ini hanya 20 TKI, yang biasanya TKI asal Bojonegoro yang berangkat ke negara Timteng bisa mencapai 50 TKI per tahunnya," paparnya.
Ia menambahkan, TKI asal Bojonegoro yang terdaftar bekerja secara resmi di Malaysia, sebelum diberlakukan moratorium sebanyak 205 TKI.
Dalam proses pengiriman TKI asal Bojonegoro ke berbagai negara tersebut, dilakukan melalui 15 Unit Pelayanan Penyuluhan Pendaftaran (U3P) calon TKI.
"Kalau ditambah dengan yang ilegal, jumlahnya kami kurang tahu," katanya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011