Surabaya (Antara Jatim) - Kementerian Perdagangan (Kemendag) berkomitmen memperketat impor bahan baku dengan menerapkan sejumlah kebijakan pada 2015.          "Hal itu sekaligus mampu menekan defisit neraca perdagangan dan menghemat devisa," kata Direktur Impor Ditjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag), Thamrin Latuconsina, ditemui pada "Customer Dinner and Gathering" dengan tema "Mencermati Kebijakan Impor Bahan Baku Menghadapi Persaingan MEA 2015" yang diselenggarakan Bank Ekonomi, di Surabaya, Kamis.          Oleh sebab itu, ungkap dia, kini pemerintah masih mengkaji instrumen yang akan diberlakukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku impor. Bahkan pengetatan tersebut dilakukan melalui berbagai instrumen.          "Bisa jadi akan memperkecil kuota impornya. Misalnya untuk produk hortikultura, daging sapi, dan produk lain karena produksi komodiyas itu di dalam negeri kian meningkat," katanya.          Kini, jelas dia, pemerintah juga siap melakukan swasembada bagi beberapa produk. Seperti garam yang ditargetkan tahun depan sudah mampu swasembada.          "Lalu, swasembada gula yang diharapkan dalam 3-4 tahun mendatang sudah mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri," katanya.          Walau begitu, tambah dia, pihaknya belum yakin bahwa Indonesia tidak akan impor sama sekali. Penyebabnya, swasembada suatu komoditas sudah 90 persen dan masih harus ada impor 10 persen di mana sesuai dengan aturan WTO (World Trade Organisation- Organisasi Perdagangan dunia) bahwa batasan impor suatu negara tidak diizinkan nol persen.          "Dengan demikian, konsumsi yang selama ini diimpor sudah bisa dipenuhi sendiri dan diharapkan mampu mengurangi impor. Di sisi lain, ketergantungan Indonesia terhadap bahan baku memang sangat besar," katanya.          Pada kesempatan sama, Direktur INDEF, Ahmad Erani Yustika, menyatakan, komposisi bahan baku dalam keseluruhan impor Indonesia mencapai 70-72 persen. Sementara bahan modal 20 persen dan konsumsi yang langsung ke end user hanya tujuh hingga delapan persen.          "Dari komposisi ini, Indonesia sebenarnya punya substitusi bahan baku yaitu yang semula basisnya dari bahan baku lokal," katanya.          Ia melanjutkan, pada 2011 perdagangan internasional Indonesia masih surplus 26 miliar dolar AS. Namun pada 2012 berbalik menjadi defisit sebesar 1,6 miliar dolar AS dan semakin meningkat pada tahun berikutnya menjadi 4 miliar dolar AS.          "Pada tahun ini, hingga periode Oktober defisit neraca perdagangan sudah mencapai 1,6 miliar dolar AS," katanya.(*)

Pewarta:

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014