Disperindag Perketat Pengawasan Produk Impor Antisipasi Imlek
Kamis, 30 Januari 2014 18:26 WIB
Surabaya (Antara Jatim) - Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Timur (Disperindag Jatim) memperketat pengawasan produk impor yang beredar, guna mengantisipasi semakin besarnya permintaan pasar saat Imlek 2565.
"Pengawasan itu kami lakukan dengan memantau kualitas barang yang beredar. Apalagi, jelang imlek seperti sekarang memang pasar dalam negeri banyak dibanjiri produk impor bernuansa imlek," kata Kepala Disperindag Jatim, Budi Setiawan di Surabaya, Kamis.
Selain itu, ungkap dia, untuk meminimalkan beban masyarakat terutama dengan semakin mahalnya harga bahan pokok di pasar Jatim Disperindag juga melaksanakan pemantauan harga. Seperti melakukan operasi pasar.
"Pantauan harga tersebut kami realisasi setiap bulan," ujarnya.
Ia optimistis, cara itu dapat meminimalkan harga bahan pokok pada masyarakat khususnya jelang momen penting misalnya Hari Raya Idul Fitri, Natal, dan Imlek. Bahkan, pihaknya melakukan pendataan terhadap barang-barang itu dan dilaksanakan bekerja sama dengan bagian perekonomian.
"Pada bulan ini, harga komoditas seperti sayur-sayuran, ikan, bumbu, dan kacang-kacangan masih stabil. Apabila ada kenaikan harga komoditas, memang wajar-wajar saja karena mendekati momentum penting itu," tuturnya.
Mengenai besarnya permintaan masyarakat menjelang imlek, pemilik Toko Sejahtera yang berlokasi Pasar Atom Surabaya, Salim, mengemukakan, hal itu tampak dari angka penjualannya terhadal semua barang. Bahkan, omzet yang diperoleh bisa mencapai Rp5 juta per hari sedangkan pada hari biasa sekitar Rp1 jutaan.
"Selama menjalani bisnis perlengkapan imlek, kami selalu mengandalkan barang impor China karena harganya sangat terjangkau dan memiliki kualitas tinggi," ucapnya.
Untuk harga, tambah dia, jenis lampion impor dipatok dengan harga Rp25 ribu hingga Rp100 ribu per unit. Harga tersebut tergantung jenis ukuran, model, dan kualitas barang.
"Kalau permintaan kertas angpao, sebelum perayaan imlek masyarakat banyak membelinya dengan jumlah besar. Setiap hari terjual hampir 10 ribu hingga 20 ribu kertas angpao untuk segala ukuran yang dipatok seharga Rp2 ribu hingga Rp10 ribu per bungkus," katanya.
Kini, lanjut dia, pihaknya merasa kewalahan saat melakukan transaksi penjualan perlengkapan perayaan imlek karena sudah memasuki "H-1". Apalagi, pada hari itu biasanya konsumen yang datang semakin ramai.(*)